Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 12 November 2010

13 Nov - 3Yoh 5-8; Luk 18:1-8

"Adakah Ia mendapati iman di bumi?"

(3Yoh 5-8; Luk 18:1-8)

 

"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk 18:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan beberapa orang kudus, antara lain St.Stanislaus Kostka, biarawan/frater Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun. "Dalam semangat iman kristiani hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara', demikian bunyi azas lembaga-lembaga kemasyarakatan katolik. Dengan kata lain beriman berarti juga hidup 'membumi', berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi dijiwai oleh iman, mencari dan mengusahakan kesucian dengan 'membumi'. Memang dengan 'membumi' iman menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, tetapi sekaligus juga dimurnikan, dikuatkan dan diperdalam, maka hendaknya sebagai orang beriman juga tidak melupakan hidup doa maupun pembacaan dan permenungan sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Kita diingatkan 'harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu', tidak berarti harus dengan khusuk duduk manis di tempat suci atau di kamar berdoa rosario atau doa-dao lainnya, tetapi sepanjang hari senantiasa dalam hadirat Tuhan, 'berrekreasi dengan Tuhan' alias hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan kata lain sepanjang hari senantiasa gembira dan ceria, dinamis, penuh harapan, karena hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Kami berharap kepada kita semua untuk senantiasa mengusahakan kesucian hidup dalam bekerja atau kesibukan pelayanan setiap hari, semakin sibuk bekerja dan melayani berarti semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya.


·   "Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing" (2Yoh. 5), demikian sapaan atau sentuhan kasih Yohanes dalam suratnya. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun tanpa pandang bulu/SARA, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Persaudaraan atau persahabatan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan pada saat ini mengingat dan memperhatikan masih maraknya permusuhan, tawuran, bentrokan antar kelompok atau suku yang masih terus terjadi. Yang menimbulkan permusuhan, tawuran atau bentrokan antara lain berbagai perbedaan, seperti beda suku, pendapat, pikiran, selera, dst.. Ingat dan hayati bahwa kita semua berbeda satu sama lain, maka hendaknya apa yang berbeda di antara kita dijadikan atau dihayati sebagai daya pesona, daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat. Tak henti-hentinya saya mengingatkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik, terpesona dan terpikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat, hidup bersama sebagai suami-isteri dan saling mengasihi sampai mati baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit. Itulah misteri ilahi yang selayaknya kita imani. Memang untuk itu dibutuhkan keutamaan kerendahan hati agar kita dapat saling mengasihi dan bersahabat dalam aneka perbedaan yang ada. Marilah dengan rendah hati kita hayati secara mendalam apa yang sama di antara kita, antara lain: sama-sama manusia ciptaan Tuhan, sama-sama beriman, dst… Jika kita dapat menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam, maka apa yang berbeda akan fungsional untuk memperdalam dan memperluas persahabatan.

 

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya." (Mzm 112:1-6)

Jakarta, 13 November 2010