Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 03 Februari 2012

Minggu Biasa V

"Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."

Mg Biasa V: Ay 7:1-4.6-7; 1Kor 9:16-19;22-23; Mrk 1:29-39


Para artis yang sungguh terkenal dan favorit pada umumnya lalu menjadi sombong, karena kemana pun ia pergi dan tampil senantiasa dikerumuni oleh banyak orang. Sebaliknya ketika mereka tidak menerima pujian atau sanjungan dapat stress atau murung atau bahkan putus asa. Demikian juga terjadi pada para imam, bruder atau suster atau penceramah/pengkotbah yang bersikap mental artis. Kesuksesan dalam tugas atau karir memang dapat menggiring atau memotivasi orang untuk sombong, lupa diri, kurang menghayati jati diri atau panggilan utamanya. Dalam melaksanakan tugas pengutusanNya, Yesus membuat aneka macam mujizat sehingga banyak orang datang kepadaNya serta mengganggu kinerja roh jahat alias setan. Karena kagum dan terpesona atas apa yang dikerjakan oleh Yesus dalam aneka penyembuhan orang-orang sakit, maka mereka tergerak untuk menahanNya di tempat mereka sebagai 'tabib yang ulung dan unggul'. Maklum mereka belum sampai memahami bahwa Yesus adalah Almasih, yang diutus untuk menyelamatkan seluruh dunia. Untuk menghindari salah faham dan pemujaan DiriNya yang tidak benar, Yesus perlu menjalin relasi dengan Dia yang mengutusNya, "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana" (Mrk 1:35). Marilah kita meneladan Yesus dalam melaksanakan tugas pengutusan maupun menghayati panggilan, antara lain tidak pernah melupakan doa dan refleksi harian setiap hari.

"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana" (Mrk 1:35)

Di Indonesia ini hampir di semua wilayah di pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, dikumandangkan suara adzan dari masjid atau surau, ajakan untuk berdoa, memuji dan memuliakan Allah Yang Maha Besar dan Maha Mulia. Namun sayang ada sementara orang mengeluh dan menggerutu atau bahkan marah-marah ketika pagi-pagi benar mendengar suara adzan tersebut, karena merasa terganggu kenikmatan tidurnya. Ajakan untuk berdoa ditanggapi dengan marah-marah, mengeluh dan menggerutu, itulah yang sering terjadi dalam diri sementara orang. Di dalam komunitas biara, lebih-lebih yang kotemplatif, kiranya juga berlangsung doa atau ibadat bersama di pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap: mengawali hari dan hidup baru dengan berdoa, agar apa yang dilakukan kemudian sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan alias sesuai dengan charisma pendiri tarekat yang bersangkutan.

"Barangsiapa bekerja berat maka butuh istirahat, sebaliknya barangsiapa tidak butuh istirahat, jangan-jangan ia telah istirahat terus-menerus alias bermalas-malasan terus-menerus", demikian kata seorang bijak. Jika kita sungguh-sungguh bekerja keras dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan kita, maka selayaknya menyisihkan waktu untuk beristirahat atau penyegaran diri kembali, entah itu yang bersifat harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Yang bersifat harian misalnya istirahat siang jam kantor/pabrik maupun doa pribadi, sedangkan yang bersifat mingguan misalnya berwisata atau berkumpul bersama seluruh anggota keluarga di hari week-end, termasuk beribadat bersama di hari Minggu bagi umat Kristen dan Katolik atau hari Jum'at bagi umat Islam, bersifat bulanan antara lain disediakan waktu satu hari untu penyegaran diri entah dengan rekoleksi atau ceramah-ceramah yang menyegarkan, sedangkan bersifat tahunan berarti cuti tahunan atau retret tahunan.

Setelah atau selama penyegaran diri ada kemungkinan kita menerima pencerahan atau inspirasi baru guna memperbaharui cara hidup maupun cara bertindak kita atau bahwa yang mendorong kita untuk merubah strategi kerja atau pelayanan, sebagaimana dilakukan oleh Yesus dengan mengajak para muridNya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." (Mrk 1:38). Apa yang dilakukan oleh Yesus ini kiranya juga dapat menjadi inspirasi dalam hal mutasi atau perpindahan tempat tugas atau bahkan promosi, artinya orang dianugerahi kenaikan pangkat atau jabatan. Karena kemampuan, kecakapan dan keterampilan kita berbeda satu sama lain, maka mutasi atau pertukaran tempat tugas sungguh penting dan dibutuhkan agar kemampuan, kecakapan dan keterampilan kita juga dapat dibaktikan di tempat lain, tidak terikat pada suatu tempat saja. Di lain pihak kita yang dimutasikan kiranya juga dapat memperoleh aneka kecakapan dan keterampilan baru di tempat tugas yang baru.

"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil" (1Kor 9:16-18)

"Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah", kutipan inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan kemudian kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Injil adalah kabar atau warta gembira, maka memberitakan Injil berarti memberitakan apa-apa yang menggembirakan. Hemat saya ketika kita memberitakan apa-apa yang menggembirakan maka banyak orang menjadi gembira dan kita sendiri semakin gembira juga, itulah artinya upah boleh memberitakan apa-apa yang menggembirakan.

Memberitakan apa-apa yang menggembirakan merupakan tugas pengutusan kita semua umat beriman. Memang agar kita dapat memberitakan apa-apa yang menggembirakan kita sendiri harus dalam keadaan gembira. Maka bergembiralah selalu dalam keadaan atau kondisi apapun. Meskipun punya masalah, hutang atau perkara berat tetaplah bergembira, karena dengan tetap bergembira kita akan mempesona, menarik dan memikat orang lain. Coba cermati: orang gila senantiasa bergembira dan senyum-senyum terus, karena masalah dan perkaranya sudah terlewati, dan dengan demikian ia senantiasa menarik bagi siapapun, ia juga tidak akan menyakiti siapapun. Punya masalah, hutang atau perkara tetap bergembira, maka pasti ada orang lain yang mempertanyakan mengapa kita gembira. Jawab saja pertanyaan mereka bahwa anda punya masalah, hutang atau perkara, maka mereka pasti akan segera membantu atau menolong anda.

Dalam kegembiraan dan keceriaan berarti ada celah dan peluang untuk mencari jalan guna mengatasi masalah, hutang atau perkara, sebaliknya ketika kita punya masalah, hutang dan perkara menjadi sedih dan murung maka akan tertutuplah kemungkinan untuk mengatasi masalah, hutang maupun perkara. "Saat sukses kita bersyukur, saat gagal pun kita bersyukur. Sesungguhnya kekayaan dan kebahagiaan sejati ada di dalam rasa bersyukur" (Andrie Wongso). Bersyukurlah bahwa anda dianugerahi masalah, hutang maupun tantangan, karena dengan demikian akan memperoleh aneka pembaharuan dalam cara hidup dan cara bertindak.

"Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan.Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari" (Ay 7:1-4). Kutipan ini kiranya menjadi cermin bagi orang yang mudah putus asa. Jika anda memiliki pengalaman demikian, baiklah tetap bersyukur dan berterima kasih, karena dengan demikian anda disadarkan akan jati diri anda sebagai orang yang lemah dan rapuh. Jika anda sampai dengan kesadaran demikian maka terbukalah terhadap penyelenggaraan ilahi atau anugerah Tuhan.

"Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai; Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga" (Mzm 147:1-5)

Ign 5 Februari 2012

 


4 Feb


"Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya"

(2Kor 4:16-18;5:1; Yoh 15:18-21)

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku" (Yoh 15:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes de Britto serta kawan-kawannya, para beato Serikat Yesus, imam, bruder, frater  dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Terpanggil menjadi imam atau sahabat Yesus berarti harus ambil bagian dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan Yesus Kristus. "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu", demikian sabda Yesus kepada para sahabatNya. Sebagai sahabat-sahabat Yesus berarti harus hidup dan bertindak seperti Yesus, yang datang untuk melaksanakan kehendak Allah guna menyelamatkan seluruh dunia seisinya, sehingga dunia atau bumi dengan seluruh isinya yang diciptakan oleh Allah senantiasa dapat menjadi 'gambar atau citra Allah', membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Mengingat dan memperhatikan kebejatan atau kemerosotan moral yang menjiwai hampir seluruh bidang kehidupan bersama masa kini, maka orang yang setia melaksanakan kehendak Allah pasti akan menghadapi aneka bentuk kebencian dari orang-orang yang tidak atau kurang bermoral, yang hidup hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi saja. Penderitaan karena dibenci kiranya tidak sepadan atau seberapa jika dibandingkan dengan penderitaan yang dialami oleh Yesus, yang dibenci, diejek dan akhirnya disalibkan sampai wafat. Maka ketika menghadapi kebencian silahkan menatap Dia yang tergantung di kayu salib atau membuat tanda salib, karena dengan demikian jika anda percaya kepada Yesus pasti akan dikuatkan, dan bahkan anda akan tergerak untuk mengampuni orang-orang yang membenci anda, sebagaimana Yesus juga telah melakukannya. Menghayati rahmat kemartiran pada masa kini antara lain dapat kita wujudkan dengan kesetiaan kita pada panggilan dan tugas pengutusan meskipun dengan itu kita dibenci, diejek dan dicaci maki sampai diancam untuk disingkirkan atau dimusnahkan.

·   "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."(2Kor 4:16-18), demikian kesaksian iman Paulus. Banyak orang di dunia ini, terutama yang bersikap mental materialistis kiranya lebih memperhatikan yang kelihatan dari pada yang tak kelihatan, lebih mengandalkan diri pada ciptaan dari pada Allah yang telah menciptakan. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk lebih percaya dan mengandalkan diri pada Allah dari pada ciptaan-ciptaanNya maupun aneka hasil karya ciptaanNya. Bukankah beriman berarti percaya pada apa yang tidak kelihatan? Maka jika terpaksa harus menderita karena kesetiaan pada iman, hendaknya tidak mengeluh atau menggerutu, "sebab penderitaan ringan sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami". Jer basuki mowo beyo, untuk emperoleh kemuliaan harus berjuang dan menderita, demikian kata sebuah pepatah. "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Bukankah orang harus bekerja keras lebih dahulu baru memperoleh gaji atau imbalan? Kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mendidik dan mendampingi anak-anak agar sedini mungkin dibiasakan dalam hal berjuang dan berkorban bagi kedewasaan pribadi maupun keselamatan jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Wariskan kepada anak-anak anda nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang telah anda miliki, bukan mewariskan harta benda atau uang. Utamakan lebih dahulu agar anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas secara spiritual dari pada intelektual, lebih berkembang menjadi pribadi yang baik dari pada pintar.

"Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu." (Mzm 1124:2-5)

Ign 4 Februari 2012


Kamis, 02 Februari 2012

3 Feb


"Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit dan orang itu akan sembuh."

(Rm 5:1-5; Mrk 16:15-20)

" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk 16:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Blasius, Uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·    "Menurut tradisi Gereja Timur dan Barat, hari ini dapat diberikan "Berkat St.Blasius". Umat menghampiri imam seperti acara komuni. Sambil memegang dua batang lilin yang disilangkan pada leher umat ybs.imam berkata;"Semoga berkat doa St.Blasius, Uskup dan Martir, Allah membebaskan Saudara dari penyakit tenggorokan dan penyakit-penyakit lain. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin." (Penanggalan Liturgi 2012). Berkat ini kiranya merupakan penghayatan sabda Yesus kepada para rasul bahwa "mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh". Maka dengan ini pertama-tama saya mengajak rekan-rekan imam untuk mawas diri: apakah setiap kali kita menyampaikan berkat kepada umat sungguh membuat umat yang bersangkutan sembuh dari penyakit? Mungkin tidak hanya mereka yang menderita sakit tenggorokan atau penyakit phisik lainnya, tetapi juga mereka yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi, sehingga yang sakit hati tidak sakit hati lagi, yang sakit jiwa tidak sakit jiwa lagi, yang sakit akal budi tidak sakit akal budi lagi. Sebaliknya kami juga mengajak segenap umat yang sering menerima berkat Allah melalui tangan imam untuk mawas diri juga: sejauh mana saya percaya atas berkat tersebut, sehingga kita menghayati diri dalam hidup dan bertindak senantiasa bersama dan bersatu dengan Allah? Apakah setelah menerima berkat Allah kita tidak sakit hati lagi dan jika anda orang yang menyakiti kita kemudian segera kita ampuni? Ingatlah: hendaknya jangan membawa sakit hati sampai mati, melainkan segeralah menjadi sembuh dari sakit hati karena berkat Allah.

·   "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan." (Rm 5:1-4). Pesan atau peringatan Paulus kepada umat di Roma ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Jika kita setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka kita pasti tak akan terlepas dari aneka pendeitaan dan kesengsaraan. Jika demikian adanya marilah kita imani dan hayati pesan Paulus bahwa "kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan". Cukup banyak orang yang sukses dalam panggilan, tugas pengutusan maupun karir hemat saya telah menghayati pesan Paulus tersebut di atas, maka jika kita mendambakan kesuksesan atau keberhasilan yang kita cita-citakan hendaknya menghayati pesan Paulus tersebut. Dengan kata lain jika kita harus sengsara atau menderita karena kesetiaan dan ketaatan, hendaknya tetap ceria dan bergembira serta bergairah, tidak putus asa, mengeluh dan menggerutu. Dalam keceriaan, kegembiraan dan kegairahan sebagai wujud pengharapan kita akan menjadi orang yang tekun dan tahan uji dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang sedang memiliki tugas belajar di sekolah atau perguruan tinggi di tingkat atau jurusan apapun untuk menghayati pesan Paulus di atas. Dan tentu saja kami juga berharap kepada para rekan guru dan dosen: hendaknya tetap tekun dan tahan uji dalam menghadapi peserta didik atau mahasiwa-mahasiswi, yang kurangajar, nakal, bodoh dst.. , jangan putus asa. Hadapi dan sikapi mereka dalam dan dengan cintakasih serta kebebasan.

"Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya." (Mzm 116:1-2)

Ign 3 Februari 2012


Rabu, 01 Februari 2012

2 feb

"Mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan"

(Mal 3:1-4; Luk 2:22-33)

"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia" (Luk 2:22-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Yesus Dipersembahkan di Kenisah hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Taat dan setia melaksanakan perintah atau hukum Tuhan memang tidak mudah. Kebanyakan orang hidup dan bertindak menurut keinginan atau selera pribadi serta tidak mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya, apalagi mentaati dan melaksanakan perintah atau hukum Tuhan. Keluarga Kudus dari Nazaret setia pada hukum Tuhan, yaitu harus mempersembahkan anak laki-laki sulung, yaitu Yesus, kepada Tuhan di bait Allah. Peristiwa Yesus dipersembahkan di Kenisah atau bait Allah menyentuh hati Simeon, orang benar dan saleh yang hidup sesuai dengan kehendak Roh Kudus, tergerak juga untuk mempersembahkan diri dengan berkata "Sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu". Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun juga menyentuh orang untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dan kita sendiri juga siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan juga akan menjadi 'terang' bagi saudara-saudarinya yang sedang berada di dalam kegelapan, sehingga mereka dapat menemukan dan menelusuri jalan yang baik dan benar menuju ke kebahagiaan dan keselamatan sejati, kebahagiaan dan keselamatan jiwanya. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan dalam melaksanakan sabda atau firman Tuhan di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

·   " Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu." (Mal 3:1-2). Utusan Tuhan berarti rasul atau nabi, dan hemat saya sebagai orang beriman kita memiliki dimensi rasuli dan kenabian yang harus kita hayati di dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Jika semua orang beriman menghayati panggilan rasuli dan kenabian dalam hidup sehari-hari, maka hidup bersama di mana pun dan kapan pun akan menggairahkan, mempesona dan memikat  serta tidak ada seorang pun yang merasa letih dan lesu meskipun harus melakukan tugas berat yang sarat dengan tantangan dan hambatan serta masalah. Menghayati panggilan kenabian dan rasuli berarti "seperti api tukang pemurni logam daan seperti sabun tukang penatu", yang berfungsi membersihkan dan memurnikan. Kiranya kita semua orang beriman dipanggil untuk saling membersihkan dan memurnikan, sehingga sebagai manusia kita semua layak disebut sebagai 'gambar atau citra Allah'. Ada kemungkinan kita tidak sungguh murni dan bersih karena dosa-dosa yang kita lakukan, maka marilah jika demikian adanya dengan rendah hati kita mohon bantuan saudara-saudari kita untuk pemurnian dan pembersihan diri, seraya mohon rahmat Tuhan agar apa yang kita dambakan, yaitu hidup murni dan bersih segera terwujud atau menjadi nyata. Kepada yang sudah murni dan bersih kami harapkan untuk saling menjaga agar tetap demikian adanya.

"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:7-10)

Ign 2 Februari 2012


Selasa, 31 Januari 2012

1 Feb


"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri"

(2Sam 24:2.9-17; Mrk 6:1-6)

"Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar." (Mrk 6:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Export minded"  itulah yang cukup mendominasi banyak orang pada masa kini, tidak hanya dalam hal sarana-prasarana teknologi yang canggih, tetapi juga dalam hal makanan seperti buah-buahan dll.. Memang dalam kenyataan yang berasal dari luar negeri sering kelihatan lebih berkwalitas dan dengan harga murah, sedangkan produksi dalam negeri cukup mahal dan kurang berkwalitas. Sikap mental orientasi menghargai apa yang berasal dari luar negeri ini kiranya menunjukkan sikap mental yang lebih mendalam, yaitu orang lebih menghargai orang lain/asing daripada saudara-saudari sendiri yang setiap hari hidup dan bekerja bersama, entah itu anggota keluarga atau rekan kerja. Memang menghargai dan mengasihi mereka yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita cukup menantang dan sulit, sedangkan menghargai dan mengasihi orang lain/asing lebih mudah. Yang cukup memprihatinkan adalah relasi antar laki-laki dan perempuan yang menjadi suami-isteri: terhadap pasangannya sendiri kurang mesra sedangkan terhadap orang lain sangat mesra. Hemat saya jika kita tidak mampu menghargai dan mengasihi saudara sendiri, mereka yang setiap hari hidup bersama dengan kita, maka menghargai dan mengasihi orang lain, yang jauh berarti merupakan sebuah pelarian dari tanggungjawab, dan relasi dengan yang lain tersebut sebenarnya lebih bersifat menindas saja. Sebaliknya jika kita mampu mengasihi mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka mengasihi mereka yang jauh atau orang asing akan bersifat melayani.  Marilah dengan rendah hati kita saling menghargai dan mengasihi, antar kita yang hidup dan bekerja bersama setiap hari.

·    "Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku."(2 Sam 24: 13), demikian kata Gad, utusan Allah, kepada Daud. Sangat berat bagi Daud untuk memilih, karena semuanya membawa ke penderitaan atau kesengsaraan. Begitulah buah dari orang yang berdosa, yang kurang atau tidak menghargai dan mengasihi mereka yang dekat dengannya. Kita akan terhindar dari ancaman di atas jika kita dengan sungguh-sungguh mengasihi mereka dan apa saja yang bersama-sama dengan kita setiap hari. Mereka itu tidak lain adalah saudara-saudari kita sekandung, se rukun tetangga, se tempat kerja dst.., sedangkan 'apa saja' berarti lingkungan hidup beserta aneka jenis barang, tanaman maupun binatang yang ada di dalamnya. Dengan kata lain marilah kita usahakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat dimana pun dan kapan pun. Lingkungan hidup yang bersih dan sehat selain mendukung kesehatan dan kebugaran tubuh kita juga mendukung diri kita semakin berkreatif dan bereksploratif, karena kenikmatan tinggal dalam lingkungan yang bersih dan sehat mendorong kita untuk berangan-angan dan bermimpi, yang kemudian berkembang menjadi kreatifitas. Usahakan dan pertahankan tempat tinggal atau rumah anda senantiasa dalam keadaan bersih dan sehat, karena ketika tidak bersih dan tidak sehat pasti akan mengundang orang untuk berpikiran jahat, entah itu mencela atau marah-marah. Semoga kita tidak seperti Daud yang dihadapkan tiga pilihan, yang serba menyengsarakan atau mencelakakan

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak" (Mzm 32:5-7)

Ign 1 Februari 2012


31 Jan


"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"

(Fil 4:4-9; Mat 18:1-5)

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Yohanes Bosko, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   St Yohanes Bosko oleh Gereja diangkat sebagai pelindung kaum muda/remaja, karena perhatian pelayanannya kepada kaum muda/remaja. Maka dalam mengenangkan St.Yohanes Bosko kami mengajak dan mengingatkan kita semua, terutama generasi tua atau orangtua untuk memberi perhatian kepada kaum muda/remaja atau anak-anak secara memadai, entah mereka masih berada di dalam keluarga maupun telah atau sedang belajar di sekolah-sekolah. Kepada anda semua kami ingatkan bahwa anda dapat menjadi pribadi atau orang sebagaimana adanya saat ini hemat saya karena pendidikan atau sekolah, maka dengan rendah hati kami harapkan anda juga memperhatikan pendidikan atau sekolah-sekolah tanpa pandang bulu. Alokasikan dana dan tenaga yang memadai bagi pendidikan, entah di dalam keluarga maupun pemerintahan. Jika anda termasuk orang yang kaya dan telah cukup membeayai pendidikan anak-anaknya, kami harapkan solider terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan, entah secara pribadi atau organisatoris. Secara pribadi berarti memperhatikan orang-orang miskin yang telah anda kenal, dan tentu saja terutama para pembantu anda yang mengabdi dan melayani keluarga anda: bantulah anak-anak pembantu anda agar dapat belajar di sekolah-sekolah. Secara organisatoris berarti membantu yayasan atau lembaga pendidikan yang mengalami kesulitan financial karena mayoritas peserta didiknya berasal dari keluarga miskin. Tidak melayani, mendidik, mendampingi anak-anak atau remaja dengan memadai berarti anda bunuh diri pelan-pelan. Marilah kita boroskan waktu, tenaga dan dana/uang kita untuk pendidikan anak-anak.

·   "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Ef 4:4-6). Kita diingatkan dan diajak untuk senantiasa bersukacita dan berbaik hati kepada orang lain dimana pun dan kapan pun; kegembiraan dan kebaikan hati kita hendaknya tidak disembunyikan, melainkan biarlah dilihat dan diperhatikan orang lain. Bagi kita orang beriman tidak ada alasan untuk tidak gembira karena kita telah menerima anugerah Tuhan secara melimpah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan berbaik hati kepada kita melalui aneka cara dan bentuk. Pewartaan kegembiraan dan kebaikan hati merupakan bentuk penghayatan tugas missioner atau pewartaan yang handal, daripada aneka ceramah, omongan, kotbah atau nasihat dst..  Kegembiraan dan kebaikan hati merupakan wujud iman kita kepada Tuhan, yang akhirnya mendorong kita untuk senantiasa bersyukur dan berterima kasih selama hidup di dunia ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan masalah. Jika kita menginginkan sesuatu hendaknya dengan rendah hati mohon kepada Tuhan seraya mohon pencerahan apakah yang kita inginkan sungguh dibutuhkan dalam usaha menghayati iman atau panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan. Dalam bersukacita kita juga dingatkan agar tetap dalam Tuhan, sehingga tidak terjebak ke aneka bentuk kenikmatan yang merusak tubuh dan jiwa kita, misalnya lalu menikmati narkoba atau pergaulan seks bebas. Bukti atau tanda bahwa kita sungguh bersukacita dalam Tuhan antara lain kelihatan dalam buahnya, yaitu kita semakin beriman kepada Tuhan, semakin hidup penuh syukur dan terima kasih, tidak serakah dan tidak hidup sesuai keinginan atau nafsu pribadi.

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya." (Mzm 112:1-6)

Ign 31 Januari 2012


Minggu, 29 Januari 2012

30 Jan



"Keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu"

(2Sam 15:13-14.30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20)

"Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia.Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak." Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya." (Mrk 5:1-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para penjahat ketika terjebak untuk ditangkap pada umumnya lebih memilih mati daripada tertangkap hidup-hidup, maka mereka lalu berusaha menyerang atau melawan habis-habisan seraya membentak atau menakut-nakuti mereka yang berusaha menangkapnya. Begitulah yang sering terjadi: setan lebih berteriak keras daripada Roh, penjahat lebih seram mengancam daripada orang-orang baik. Para penjahat karena dalam ketakutan pada umumnya juga senantiasa bersembunyi atau mengasingkan diri. Dalam kisah warta gembira hari ini setan-setan minta diperintah oleh  Yesus untuk pindah dari manusia ke kawanan babi-babi dan hal itu sungguh terjadi sehingga menjadi bahan percaturan banyak orang perihal mujizat pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus. Hal lain yang mungkin baik saya angkat adalah perihal babi, yang bagi umat Muslim dikatakan najis dan mereka tidak boleh makan daging bagi sesuai dengan fatwa yang diberlakukan. Nampaknya perihal babi yang haram atau najis ini dilatarbelakangi oleh kisah pengusiran setan dari manusia ke kawanan babi-babi. Bagi yang beriman kepada Yesus Kristus kami ajak merenungkan dan menghayati sabda Yesus kepada orang yang telah dibebaskan dari kuasa setan: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" (Mrk 5:19) Sabda ini mengajak dan memanggil kita semua untuk kembali ke 'jati diri' kita masing-masing yang benar, yaitu sebagai gambar dan citra Tuhan melalui penghayatan panggilan maupun pelaksanaan tugas pengutusan.

·   "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini." (2Sam 16:11-12), demikian kata Daud kepada para pegawainya. Pasrah diri sang raja Daud ini kiranya muncul dari ketulusan hatinya, yang antara lain ia menyadari dan menghayati diri telah berdosa atau melakukan apa yang tidak berkenan pada Tuhan. Daud mengimani bahwa Tuhan itu Mahatahu dan Mahaadil, Dia akan mengampuni orang yang mengakui dengan rendah hati dosa-dosanya serta siap sedia untuk bertobat atau memperbaharui diri, dan menghukum orang yang tahu terima kasih serta kasih pengampunan, yang suka balas dendam terhadap orang lain. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk memiliki ketulusan hati dan kejujuran, tidak menutupi kesalahan dan kekurangan diri sendiri jika memang demikian adanya, dan juga tidak melawan mereka yang akan mempersalahkan dan mengancamnya. Persembahkan atau serahkan semuanya kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi, dan hendaknya juga jangan mengadili orang lain menurut keinginan atau kemauan pribadi. Jauhkan dan berantas sikap mental dan perilaku mengadili orang lain dan hayati serta sebarluaskan kasih pengampunan Tuhan kepada saudara-saudari kita dimana pun dan kapan pun dalam dan melalui kesibukan dan pelayanan kita setiap hari.

"Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku;banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku" (Mzm 3:2-7)

Ign 30 Januari 2012


Minggu Biasa IV


" Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."

Mg Biasa IV : Ul 18:15-20; 1Kor 7:32-35; Mrk 1:21-28


Ketika ada seorang dukun atau yang mampu menyembuhkan aneka penyakit secara ajaib, pada umumnya berita tersebut dengan cepat tersebar luas serta banyak orang datang berbondong-bondong kepadanya mohon penyembuhan dari penyakitnya. Kasus dukun cilik yang konon mempunyai batu ajaib di Jawa Timur beberapa waktu yang lalu, misalnya: ribuan orang dari seluruh penjuru tanah air datang kepadanya, karena mereka percaya jika minum air yang telah 'dimasuki batu' tersebut maka penyakitnya langsung sembuh. Sebenarnya penyembuhan seorang pasien dari penyakitnya antara adalah karena kepercayaan orang yang bersangkutan: percaya bahwa akan sembuh alias dari dalam dirinya sendiri ada kehendak dan kemauan untuk sembuh dari penyakitnya. Dalam hal penyakit spiritual atau psikologis kiranya yang akan mampu menyembuhkan adalah mereka yang sungguh beriman atau suci, yang senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, sebagaimana terjadi dalam diri Yesus, dimana "roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.". Maka marilah kita renungkan atau refleksikan Warta Gembira hari ini.

"Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea" (Mrk 1:27-28)

Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia seperti kita, kecuali dalam hal dosa, maka sebagai Guru atau Pengajar, ajaran atau kata-kataNya sungguh berwibawa dan berkuasa, karena antara lain apa yang Ia ajarkan juga Ia hayati sendiri. Maka sebenarnya kita juga dapat meneladan Dia, jika kita sungguh berminat dan berhasrat, antara senantiasa berusaha untuk menghayati atau melakukan apa yang kita katakan dengan kata lain 'satu dalam kata dan tindakan atau perilaku atau cara hidup dan cara bertindak. Percayalah jika kita 'satu kata dan tindakan', maka siapapun yang berjumpa atau melihat kita akan tergerak untuk menirunya, sehingga mereka tersembuhkan dari aneka penyakit yang sedang dideritanya, dan kita sendiri akan menjadi percaturan atau percakapan banyak orang, karena kebaikan dan keutamaan kita.

Sabda Yesus mampu memeritah roh-roh jahat dan roh-roh jahat pun akhirnya taat kepadaNya. Roh-roh jahat menggejala dan hidup dalam diri orang yang sedang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi serta sakit phisiknya, karena mereka tidak setia melakukan apa yang pernah mereka janjikan dan hidup serta bertindak hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi. Jika cara hidup dan cara bertindak kita sesuai dengan janji yang pernah kita ikrarkan atau ucapkan, maka kita akan mampu membantu penyembuhan mereka yang sedang menderita sakit tersebut: kata dan nasihat kita akan sungguh didengarkan dan kemudian dengan rendah hati juga akan dilaksanakan atau dihayati.

Kepada mereka yang sedang menderita sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit phisik, kami harapkan untuk sungguh mawas diri. Anda menderita sakit karena anda hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi alias seenaknya sendiri, maka kami harapkan untuk bertobat dengan setia pada janji yang pernah anda ikrarkan serta melaksanakan dengan sepenuh hati aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas, fungsi dan jabatan anda. Seperti mereka yang setia melaksanakan tata tertib berlalu lintas akhirnya selamat dalam perjalanan serta sampai ke tempat tujuan yang didambakan, demikian pula jika dalam perjalanan hidup dan tugas kita setia pada tata tertib yang terkait, maka kita juga akan selamat selama di perjalanan dan akhirnya sampai ke tujuan yang kita dambakan yaitu keselamatan jiwa kita, artinya ketika kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia segera langsung menikmati hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga bersama Allah dan para kudus yang telah mendahului perjalanan kita. Marilah kita meneladan cara hidup dan cara bertindak santo-santa pelindung kita masing-masing, yang namanya kita abadikan dalam nama kita masing-masing.

 

"Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan." (1Kor 7:32-35).

Kutipan surat Paulus yang pertama kepada umat di Korintus, yang tertulis dalam Kalendarium Liturgi hari ini saya kutip semuanya, karena menurut hemat saya hal itu sungguh jelas dan mudah dimengerti apa yang dikatakan, yaitu suatu perintah moral yang harus kita laksanakan. Baik beristeri atau bersuami atau tidak beristeri dan tidak bersuami alias hidup tidak menikah dengan menjadi imam, bruder atau suster, dipanggil untuk "melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan".

Bagi yang beristeri atau bersuami 'melayani Tuhan' antara lain menghayati dan mensikapi pasangannya sebagai hadiah atau kado dari Tuhan, sehingga merawatnya sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Anda kiranya memiliki pengalaman ketika menerima hadiah atau kado dari kekasih: bukankah anda akan merawatnya dan memperhatikannya siang malam dengan baik dan benar. Suami atau isteri adalah hadiah atau kado dari Yang Terkasih, maka selayaknya diperlakukan dengan baik dan benar. Yang baik dan benar jelas sekali bagi anda sebagai suami-isteri, yaitu saling mengasihi satu sama lain, baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sampai mati. Kasihilah pasangan hidup anda dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh alias dengan total tanpa syarat. Jika anda saling mengasihi yang demikian ini, maka tak aka nada gangguan yang mengaburkan dan merusak hidup keluarga anda.

Sebagai imm, bruder dan suster 'melayani Tuhan' antara lain berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada tugas pengutusan yang telah diterima dari pembesar: tugas dan pekerjaan dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan benar dan baik. Secara khusus kepada rekan-rekan imam, bruder dan suster saya ajak untuk merenungkan peringatan ini "Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati." (Ul 18:19-20). Sebagai imam, bruder dan suster dipanggil untuk menghayati rahmat kenabian dengan penuh, yaitu hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga yang dikatakan atau diajarkan benar dan baik adanya, karena meneruskan apa yang dikehendaki atau disabdakan Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa sebagai imam, bruder atau suster sering memberi pengajaran, petuah atau  nasihat: hendaknya memberi yang benar dan baik.

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku." (Mzm 95:1-2.6-9)

Ign 29 Januari 2012


28 Jan


"Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu."

(Keb 7:7-10.15-16; Mat 23:8-12)

"Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Mat 23:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas Aquino, imam dan pujangga Gereja hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Salah satu fungsi utama seorang imam, yang telah menerima tahbisan imamat, adalah sebagai pelayan: melayani umat Allah yang menjadi tanggungjawabnya atau yang harus digembalakan. Memang secara organisatoris seorang imam atau pastor bagi umatnya adalah yang terbesar atau tertinggi alias memiliki wewenang atau kuasa yang sangat menentukan kehidupan umat Allah. Kami berharap kepada rekan-rekan imam/pastor maupun para pembantunya (dewan paroki, ketua wilayah atau lingkungan dst..) untuk berjiwa melayani dalam cara hidup dan cara bertindaknya, dalam mem fungsikan atau menghayati jabatan atau tugasnya. Menjadi 'pelayan' berarti senantiasa dengan rendah hati berusaha untuk membahagiakan mereka yang harus dilayani. Cirikhas pelayan yang baik antara lain: gembira/ceria, cekatan, bekerja keras, tak pernah marah/mengeluh atau menggerutu meskipun diperlakukan dengan tidak baik oleh mereka yang dilayani. Pelayan yang baik pada umumnya juga sederhana dalam cara hidup dan cara bertindaknya.  "Para klerikus (=mereka yang telah menerima tahbisan) hendaknya hidup sederhana dan menjuahkan diri dari segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan" (KHK kan 282.1). Kami berharap juga kepada para imam tidak mudah marah atau mengeluh terhadap apa-apa yang diberikan oleh umat atau siapa saja yang mendatanginya. Dalam kesederhanaan dan kerendahan hati kami harapkan mereka yang menjadi pemimpin di tingkat dan pelayanan apapun sering mendatangi bawahannya, memberi sapaan dan perhatian.

·   "Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya" (Keb 7:7-10). Pengertian dan kebijaksanaan harus lebih diutamakan atau didahulukan oleh seorang pemimpin, daripada tongkat kepemimpiman, takhta, permata, emas dan perak atau aneka jenis harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Untuk memperoleh pengertian dan kebijaksanaan, selain mohon kepada Tuhan, antara lain pemimpin harus mendengarkan dengan rendah hati suka-duka dari yang dipimpin; hal itu dapat dilakukan dengan percakapan pribadi satu per satu atau mungkin dengan hadir di antara mereka yang harus dilayani/dipimpin di tempat kerja atau hidup mereka sehari-hari seraya mendengarkan dan melihat apa yang sedang terjadi dan berlangsung. Dengan kata lain pemimpin hendaknya menghayati kepemimpinan partisipatif dengan mendengarkan terus-menerus suka-duka dari mereka yang harus dipimpin atau dilayani. Pemimpin hendaknya sungguh mengerti dan mengenal suka-duka dari mereka yang harus dipimpin, sehingga dapat melayani mereka dengan baik sesuai dengan dambaan mereka maupun kehendak Tuhan. Memang agar keputusan pelayanan dinilai bijak atau bijaksana, hendaknya apa yang dilihat dan didengarkan kemudian dijadikan bahan doa atau permenungan sebelum mengambil keputusan atau kebijakan; dengan kata lain hendaknya seorang pemimpin terus berusaha untuk memperdalam dan memperkembangkan keterampilan pembedaan roh (spiritual discernment), sehingga dapat memilah dan memilih dengan tepat aneka saran, nasihat dan masukan. Keterampilan pembedaan roh pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati, diperdalam dan disebarluaskan, mengingat dan mempertimbangkan banyak pilihan yang ditawarkan dan kita hanya mungkin memilih satu di antara sekian banyak pilihan.

"Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan. Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta." (Mzm 119:8-14)

Ign 28 Januari 2012

 


27 Jan


"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah"

(2Sam 11:1-4a.5-10a.13-17; Mrk 4:26-34)

"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri." (Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa yang disebut benih pada umumya memang kecil, namun begitu ia tumbuh dalam waktu singkat dapat menjadi pohon atau pribadi atau makhluk besar. Sel sperma sangat kecil dan ketika bersatu dengan sel telor dalam hubungan seksual antara laki-laki dalam waktu kurang lebih sembilan bulan telah tumbuh berkembang dengan berat antara 3 s/d 4 kg, menjadi bayi yang manis dan mempesona. Demikian juga benih tanaman, ketika ditaburkan di tanah dan kemudian tumbuh akan menjadi pohon yang dapat menghasilkan buah yang berguna bagi kehidupan umat manusia. Perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus perihal Kerajaan Allah itu bagaikan biji sesawi yang ditaburkan di tanah menggambarkan Allah yang diimani oleh manusia, yang kemudian menghidupi dan menjiwai manusia, sebagaimana manusia yang percaya kepada Yesus Kristus, atau nabi-nabi lain seperti Nabi Muhamad s.w.a, dst.. Yang mulai percaya atau beriman pertama-tama dalam jumlah kecil dan dapat dihitung dengan jari, namun kemudian bertambah jumlahnya sampai berjuta-juta. Perumpamaan ini kiranya juga menggambarkan orang yang sungguh beriman, yang dapat menjadi naungan bagi banyak orang. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk sungguh menghayati imannya agar dapat menjadi naungan atau perlindungan bagi saudara-saudarinya. Perumpamaan ini juga mengingatkan kita: meskipun jumlah kita hanya kecil, namun jika kita setia pada iman kita, percayalah dalam waktu singkat pasti akan banyak temannya alias banyak orang akan bergabung dengan kita.

·   "Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu." Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya." (2Sam 11:2-4). Kutipan ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi kita semua, entah laki-laki maupun perempuan. Keelokan atau kecantikan seorang perempuan pasti menjadi daya tarik atau daya pikat bagi kaum laki-laki, demikian sebaliknya ketampanan laki-laki akan menjadi daya tarik atau daya pikat bagi kaum perempuan. Marilah kita semua, entah laki-laki atau perempuan, dengan rendah  hati berusaha menjadikan diri kita masing-masing sebagai daya tarik atau daya pikat, dengan mengusahakan keelokan, kecantikan atau ketampanan hati dan budi kita masing-masing alias senantiasa berusaha untuk menjadi orang yang baik dan berbudi pekerti luhur. Ketika kita semua menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur, maka secara otomatis kita akan saling menarik dan memikat, sehingga terjadilah kebersamaan hidup yang nikmat. Tentu saja karena sama-sama baik dan berbudi pekerti luhur, meskipun saling dekat satu sama lain, pasti tidak akan melakukan sebagaimana dilakukan oleh Daud alias berselingkuh atau berbuat serong. Fungsikan atau hayati keelokan, kecantikan dan ketampanan anda sebagai daya tarik dan daya pikat bagi siapapun untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" (Mzm 51:3-7)

Ign 27 Januari 2012