Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

9Okt

"Tuhan ajarilah kami berdoa"

(Yun 4:1-11; Luk 11:1-4)

" Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia
berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya:
"Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes
kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu
berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah
Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap
orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam
pencobaan." (Luk 11:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Berdoa merupakan salah satu kewajiban orang beriman atau beragama,
hidup beriman atau beragama tanpa doa akan terasa hambar atau kering,
dan orang dengan mudah frustrasi atau putus asa ketika harus
menghadapi aneka perkara dan masalah kehidupan masa kini. Maka dengan
ini kami harapkan anda semua tidak melupakan berdoa setiap hari. Dalam
Warta Gembira hari ini kita diingatkan agar dalam berdoa sederhana
sesuai dengan apa yang kita rasakan atau alami dalam hidup
sehari-hari: dengan kata-kata sederhana dan mungkin singkat, tidak
panjang-panjang dan berbelit-belit. Kita  juga dapat bercermin pada
apa yang tertulis di dalam Buku Misa Mingguan, dimana kita diajak
mendoakan para pemimpin bangsa/Negara, pemimpin Gereja/Umat Beragama,
orang-orang miskin dan berkekurangan dan diri kita sendiri. Bukankah
mereka yang harus kita doakan ini setiap hari sarat dengan aneka
pekerjaan dan tugas kewajiban yang harus dilaksanakan demi
kesejahteraan hidup bersama?. Maka hendaknya dalam berdoa isinya
sungguh erat hubungannya dengan kebutuhan hidup kita sehari-hari.
Sebagai contoh dalam ajakan Yesus di atas kita hendaknya berdoa:
"Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya". Makan
merupakan kegiatan kita setiap hari demi kesehatan dan kebugaran tubuh
kita. Hendaknya setiap hari kita makan secukupnya, bukan
sebanyak-banyaknya serta berfoya-foya, sesuai dengan kebutuhan hidup
kita yang sehat dan layak. Tentu saja jika anda berkelebihan dalam hal
makanan, hendaknya disumbangkan kepada mereka yang kelaparan, yang
miskin dan berkekurangan dalam hal kebutuhan makan sehari-hari.

·    "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun
engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang
tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana
tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang
berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak
tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang
banyak?" (Yun 4:10-11), demikian tanggapan Allah atas doa Yunus yang
berekeluh kesah, karena Allah sangat menyayangi orang-orang Ninive,
yang bertobat. Firman Allah kepada Yunus ini kiranya baik kita
renungkan dan tanggapi dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap
hari dimana pun dan kapan pun. Dalam cara hidup dan cara bertindak
kita hendaknya senantiasa mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Maka
pertama-tama dan terutama  hendaknya hidup bersama dimana pun dan
kapan pun diusahakan sungguh manusiawi. Hidup bersama yang manusiawi
akan mendukung hidup beriman dan beragama mengusahakan keselamatan
jiwa manusia. Kami berharap di tempat kerja atau tugas dimana pun
senantiasa diusahakan manusiawi; hendaknya jangan terjadi penindasan
atau pemerasan hak-hak asasi manusia. Ingat dan sadari bahwa manusia
adalah ciptaan Allah terluhur dan termulia di dunia ini, yang
diciptakan sebagai 'gambar atau citra Allah', maka menindas hak-hak
asasi manusia berarti melawan cintakasih Allah alias  tidak beriman
atau kafir. Sungguh memprihatinkan bahwa dalam hidup bersama saat ini
masih terjadi orang lebih mengasihi binatang atau tanaman atau harta
benda kenangan daripada manusia.  Binatang diberi makanan yang mahal
dan enak, sementara manusia diberi makanan seadanya tanpa gizi. Tenaga
dan waktu dicurahkan atau diboroskan untuk mengurus tanaman atau
binatang kesangannya, dan anak, isteri/suaminya, ditelantarkan, kurang
diperhatikan. Ada orang marah-marah lalu merusak tanaman atau barang
kesangan yang dimarahi, dan sang pemilik tanaman atau barang yang
bersangkutan membalas kemarahan yang lebih besar.

"Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah
aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab
kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.Sebab Engkau, ya Tuhan, baik
dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang
berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan
perhatikanlah suara permohonanku"

 (Mzm 86:3-6)

Ign 9 Oktober 2013

8Okt

"Engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara"

(Yun 3:1-10;Luk 10:38-42)

" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di
sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di
rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria.
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata:
"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku
melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan
menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan
banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih
bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk
10:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Hidup di dunia masa kini memang harus menghadapi aneka perkara,
masalah, tantangan dan hambatan. Dalam warta Gembira hari ini
dikisahkan Marta dan Maria, dimana Marta menggambarkan orang yang
sibuk bekerja dan melayani, sedangkan Maria menggambarkan orang yang
khusuk berdoa. Yesus memuji Maria dengan bersabda:"Maria telah memilih
bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya". Jika kita
jujur mawas diri kiranya kita semua akan lebih menyerupai Marta
daripada Maria, karena kewajiban dan tugas pekerjaan atau perutusan
yang harus kita laksanakan atau kerjakan. Yang khusuk berdoa seperti
Maria kiranya jarang sekali, kecuali  mereka yang sedang menjalani
retret. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri
sebagai orang yang sibuk bekerja atau melayani. Kita diingatkan dan
diajak agar dalam bekerja atau melaksanakan tugas apapun tetap dalam
keadaan ceria atau gembira, tidak mengeluh atau menggerutu. Kerja
keras dalam bentuk apapun ketika diwarnai keluh kesah atau bahkan
marah-marah akan tidak ada artinya apa-apa. Kerja keras dengan tetap
ceria dan gembir akan membantu kesuksesan serta senantiasa  menjadi
daya tarik dan pesona bagi orang lain. Maka dengan ini kami mengajak
dan mengingatkan kita semua, entah yang sedang bertugas belajar atau
bekerja, untuk senantiasa tetap ceria dan gembira. Dalam kegembiraan
dan keceriaan akan menarik orang lain untuk mendekat, sehingga ketika
kita menghadapi kesulitan atau perkara pasti akan dibantu oleh mereka.
Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk
senantiasa  'menemukan Tuhan dalam segala sesuatu' atau 'menghayati
segala sesuatu dalam Tuhan'.

·   "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh
makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan
berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing
berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang
dilakukannya.Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal
serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita
tidak binasa." (Yun 3:7-9),demikian firman Tuhan melalui nabi  Yunus.
Kita semua dingatkan pentingnya lakutapa atau 'matiraga' dalam cara
hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.
Yang kami maksudkan dengan 'matiraga' disini adalah mengendalikan
gerak dan derap langkah raga atau anggota-anggota tubuh kita
sedemikian rupa, sehingga senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bukankah dari kita semua ada kecenderungan untuk senantiasa hidup dan
bertindak hanya mengikuti selera atau nafsu pribadi? Kami harapkan
keutamaan matiraga ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada
anak-anak, dan mungkin lebih dalam hal makan dan minum. Hendaknya
anak-anak dibiasakan mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyehatkan
badan atau tubuh, maka meskipun tidak enak namun sehat hendaknya
dipaksa untuk mengkonsumsinya. Hemat saya ketika kita tidak ada
masalah dalam hal makan dan minum yang menyehatkan badan, maka kiranya
akan mendapat  kemudian untuk mengendalikan raga dalam hal-hal lain.
Bagi generasi muda matiraga yang terkait dengan gairah atau nafsu
seksual kiranya penting sekali, mengingat dan memperhatikan pergaulan
seks bebas di kalangan remaja masa kini sungguh marak, yang
mengakibatkan penderitaan masa depan mereka sendiri maupun orang lain.
Jauhkan hiburan-hiburan yang tidak sehat di lingkungan keluarga atau
hidup anda. Salah satu cara mengantisipasi agar tidak ada pergaulan
seks bebas maupun generasi muda tidak jatuh ke narkoba, antara lain
adalah relasi yang mesra dan mendalam antar anggota keluarga. Maka
binalah relasi  yang mesra dan sehat di dalam keluarga maupun tempat
kerja anda.

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan,
dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada
suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat
kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu
ada pengampunan"

(Mzm 130:1-4a)

Ign 8 Oktober 2013

7Okt

"Bagi Allah tidak ada yang mustahil."

(Kis 1:12-14; Luk 1:26-38)

"Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke
sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang
bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama
perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia
berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam
hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan
takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak
laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi
besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah
akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia
akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan
Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu:
"Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab
malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah
Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya,
Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki
pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut
mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria:
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia" (Luk 1:26-38),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP
Maria, Ratu Rosario, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:

·   SP Maria adalah teladan umat beriman, dan dalam rangka
menghormatinya antara lain bulan Oktober dijadikan bulan Rosario,
dengan harapan kita yang beriman kepadanya setiap hari berdoa Rosario.
Doa Rosario berisi doa-doa pokok iman kristiani: tanda salib, aku
percaya, bapa kami, salam maria dan kemuliaan. Dengan kata lain dengan
berdoa Rosario diharapkan kita semakin beriman atau iman kita semakin
mendalam dan handal, sehingga segala sesuatu yang ditugaskan kepada
kita dapat kita kerjakan dengan baik dan tuntas, selesai pada
waktunya. "Bagi Allah tidak ada yang mustahil", demikian jawaban
malaikat, utusan Allah, kepada SP Maria, yang selayaknya juga kita
imani dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun
dan kapan pun. Allah adalah maha segalanya, maka hidup bersama dan
bersatu dengan Allah kita akan mampu mengerjakan segala sesuatu yang
diperintahkan olehNya melalui orang-orang yang diberi tugas untuk
memerintahkan, misalnya atasan atau pemimpin kita. Memang bagi atasan
atau pemimpin juga diharapkan memerintah atau memberi tugas kepada
bawahan atau anggotanya hendaknya apa-apa yang sesuai dengan kehendak
atau maksud Allah alias yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Percayalah bahwa kita apa yang diperintahkan baik adanya pasti akan
dapat diselesaikan dengan baik dan selesai pada waktunya. Kepada
segenap umat beriman kami ajak dan ingatkan agar senantiasa hidup dan
bertindak dijiwai oleh iman, agar apa yang anda harus kerjakan dapat
diselesaikan dengan baik dan pada waktunya.

·   "Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama,
dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan
saudara-saudara Yesus" (Kis 1:14), demikian berita perihal cara hidup
jemaat purba. "Bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama", inilah
yang hendaknya kita renungkan dan hayati sebagai umat beriman atau
beragama. Hidup beriman atau beragama tanpa doa akan terasa hambar dan
kering adanya. Sebagai warganegara Indonesia pada umumnya di pagi hari
buta dan di sore hari kita mendengarkan suara azan, ajakan atau
panggilan untuk berdoa. Maka baiklah jika kita menyatukan diri dengan
ajakan tersebut, atau jika tidak mungkin kita adakan di waktu lain
sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan. Pendek kata kami berharap
agar kita semua berdoa setiap hari, entah itu dengan bantuan teks dari
buku-buku doa atau sesuai dengan kata-kata yang keluar dari lubuk hati
kita. Bagi umat Katolik kiranya doa harian seperti Bapa kami dan Salam
Maria hafal, namun apakah telah mencecap dalam-dalam isi doa tersebut
serta menghayatinya kiranya boleh dipertanyakan. Maka dengan ini kami
mengajak dan mengingatkan anda semua untuk mencecap dalam-dalam isi
doa Bapa Kami dan Salam Maria, karena jika kita mampu mencecap
dalam-dalam isi doa tersebut kiranya kita akan tergerak untuk
melakukan atau menghayatinya. Ada baiknya jika di dalam
keluarga-keluarga juga diselenggarakan berdoa bersama, dan untuk itu
usahakan waktu dimana seluruh anggota keluarga pada hari itu dapat
berkumpul.

"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah,
Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku
berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan
besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun
atas orang yang takut akan Dia" (Luk 1:46-50)

Ign 7 Oktober 2013

MgBXXVII

Mg Biasa XXVII: Hab 1:2-3;2:2-4; 2Tim 1:6-8.13-16; Luk 17:5-10

"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu
dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."

"Orang yang benar-benar percaya, berusaha untuk mengenal lebih baik
dia, kepada siapa ia telah memberikan kepercayaannya, dan untuk
mengerti lebih baik apa yang telah dinyatakannya. Pengertian yang
lebih dalam pada gilirannya akan membangkitkan iman yang lebih kuat;
iman yang semakin dijiwai oleh cinta" (Katekismus Gereja Katolik no
158). Ada tiga keutamaan utama yang saling terkait, yaitu 'iman,
harapan dan cintakasih', dapat dibedakan namun hemat saya tak dapat
dipisahkan. Orang mengaku beriman hendaknya juga hidup penuh
pengharapan dan cintakasih. Cintakasih pertama-tama harus dilakukan
atau dihayati dan tentu saja dijiwai oleh harapan dan iman, sehingga
tindakan atau perbuatannya akan lebih tangguh dan handal, memiliki
kekuatan yang luar biasa, sebagaimana disabdakan oleh Yesus hari ini.
Maka marilah kita renungkan atau refleksikan secara mendalam sabda
Yesus hari ini serta kemudian kita hayati dalam cara hidup dan cara
bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu
dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu"(Luk 17:6)

Beriman berarti mengarahkan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada
Allah: hati, jiwa, akal budi dan anggota tubuh terarahkan kepada
Allah. Memang kedalaman atau kehandalan iman berbeda satu sama di
antara kita semua umat beriman, namun sekecil apapun iman kita akan
sangat potensial memberdayakan cara hidup dan cara bertindak kita.
Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa memiliki iman mendalam dan
handal tidak ada ketakutan sedikitpun.  Sebagai contoh ketika saya
bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang, sebagai
penanggungjawab keuangan atau pendanaan harus mengusahakan dana
sebesar ¾ (tiga perempat) milyard atau Rp.750.000.000,- (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah) pada tahun 1988 guna membeaya kunjungan Paus
Yohanes Paulus II. Dana tersebut harus tersedia dalam waktu kurang
lebih 5(lima) bulan. Saat ini saya percaya bahwa seluruh umat wilayah
Keuskupan Agung Semarang sungguh beriman serta siap sedia mendukung
beaya tersebut; dan memang pada waktunya dana tersedia dan bahkan
tersisa juga.

Iman kita yang kecil sangat berguna untuk percaya kepada
saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu, dan dengan percaya kepada
saudara-saudari kita  selanjutnya kita semakin dikuatkan dan
diberdayakan, sehingga tidak takut menghadapi tugas, pekerjaan dan
perutusan yang begitu besar dan berat. Mulailah dengan pikiran anda,
yaitu setiap kali harus menghadapi tugas pekerjaan besar dan berat
berpikirlah bahwa anda pasti akan mampu mengerjakannya dan selesai
pada waktunya. Jika otak sadar atau pikiran kita berkata secara
positif yang demikian itu, maka otak bawah sadar kita yang tersebar di
semua anggota tubuh kita akan mendukungnya dengan mewujudkannya alias
kita pasti akan bekerja keras tanpa kenal lelah sehingga berhasil pada
waktunya.

Otak bawah sadar kita senantiasa mentaati sepenuhnya segala perintah
atau keinginan otak sadar kita. Atau baiklah jika anda senantiasa
berkata sebagaimana menjadi motto Bapak Andrie Wongso, promotor
Indonesia : "My life is success, success is my life" (=Hidup saya
adalah sukses, sukses adalah hidup saya). Didiklah dan binalah
anak-anak anda untuk bersikap mental yang demikian itu dan tentu saja
dengan teladan konkret dari orangtua/bapak-ibu. Bapak-ibu atau
orangtua kiranya memiliki pengalaman mendalam dalam hati itu, yaitu
ketika anda berdua saling mempersembahkan diri sepenuhnya dalam
hubungan seksual, yang disertai keimanan bahwa Allah pasti akan
mengabulkan dambaan anda berdua, yaitu kelahiran seorang anak sebagai
buah kasih anda berdua. Semoga pengalaman anda berdua tersebut juga
menjadi nyata atau dihayati dalam kehidupan lainnya.

Kepada para peserta didik atau pelajar dan mahasiswa-mahasiswi kami
ajak dan ingatkan untuk menghayati tugas belajar dengan dan dalam iman
yang mendalam, sehingga anda sukses dalam tugas belajar. Dengan kata
lain usahakan minimal sehari belajar selama 8 (delapan) jam, yang
berarti ketika anda di kelas belajar bersama guru selama 6 (enam) jam,
maka di rumah belajar sendiri atau bersama teman lain selama 2 (dua)
jam; memperdalam pelajaran yang baru saja diterima atau mempersiapkan
pelajaran yang hari esok mau diajarkan.

"Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang
ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah
kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia
Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan
iman dan kasih dalam Kristus Yesus" (1Tim 1:13-14)

Sharing Paulus kepada Timotius ini kiranya baik menjadi permenungan
atau refleksi kita. Kiranya jika kita mawas diri dengan benar dan baik
pasti akan menyadari dan mengakui bahwa ketika masa remaja kita adalah
orang-orang yang nakal dan kurang ajar, atau bahkan suka mengganggu
orang lain sehingga mereka marah. Namun karena didikan dan
pendampingan baik dari orangtua maupun para guru di sekolah-sekolah
kita tumbuh berkembang menjadi baik sebagaimana adanya pada saat ini.
Maaf saya sendiri termasuk anak nakal dan kurang ajar ketika sedang
belajar di tingkat sekolah dasar dan menengah. Anak jika tidak nakal
dan kurang ajar rasanya tidak normal, dengan kata lain anak atau
remaja itu nakal dan kurang ajar menurut hemat saya wajar saja, tetapi
kalau orangtua nakal dan kurang ajar itulah yang tidak wajar.

Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua orang-orang
dewasa yang telah sukses dalam panggilan maupun tugas pekerjaan untuk
senantiasa hidup penuh syukur dan terima kasih, karena kasih karunia
Allah yang telah dilimpahkan kepada kita secara  melimpah ruah melalui
sekian banyak orang yang telah memperhatikan, mendidik, membina dan
mengasihi kita dengan aneka bentuk dan cara. Syukur dan terima kasih
kita hendaknya diwujudkan dengan memberi perhatian kepada anak-anak
dan generasi muda/remaja alias dengan pengorbanan dan kerelaan hati
siap sedia mendidik dan membina anak-anak dan remaja, syukur rela
menjadi guru atau pendidik. Masa kini hemat saya sungguh membutuhkan
pendidik, guru, formator/pembina bagi anak-anak dan generasi muda.

Memang tugas pekerjaan sebagai pendidik, guru atau formator tidak
mudah, sarat dengan tantangan dan masalah, dan mungkin minim akan
hiburan sesaat. Kebahagiaan dan hiburan sejati tidak lain adalah
ketika mereka yang dididik dan dibina tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang dewasa, cerdas beriman. Dalam kegembiraan macam itu
kiranya kita dapat bersyukur dan berbagi pengalaman seperti Paulus:
"Kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya
kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus" . Jika anda tidak
tergerak menjadi pendidik, guru atau formator, dengan rendah hati kami
mohon kepada anda untuk membantu pelayanan pendidikan atau pembinaan
anak-anak dan generasi muda dengan dana atau harta benda . Ada baiknya
jika anda juga mendukung dan membantu pendidikan calon imam di
seminari-seminari atau pembinaan di pesantren-pesantren dst..

"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN
yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat
gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini,
sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti
di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,pada waktu nenek
moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat
perbuatan-Ku" (Mzm 95: 6-9).

Ign 6 Oktober 2013

5Okt

"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat."

(Bar 4:5-12.27-29; Luk 10:17-24)

"Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata:
"Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." Lalu kata
Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari
langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk
menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan
musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian
janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi
bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." Pada waktu itu
juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur
kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau
sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan
kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua
telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang
tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan
orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah
itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata:
"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku
berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu
lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu
dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Luk 10:17-24), demikian kutipan
Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Mata memang merupakan salah satu indera dari pancaindera yang
penting dalam hidup kita. Jika kita memiliki penglihatan yang baik,
dengan kata lain mata kita sehat, maka kita dapat melihat keindahan
alam ciptaan Allah, entah itu manusia, binatang atau pemandangan alam
yang cantik dan indah. Akan lebih menguntungkan lagi ketika
pendengaran juga prima, sehingga orang dapat melihat dan mendengarkan
segala sesuatu dengan baik dan prima. Di lingkungan hidup kita banyak
hal penting, indah dan mempesona, maka ketika kita dapat melihat dan
mendengarkan semuanya dengan cermat dan tepat akan hidup bahagia dan
damai sejahtera. Memang kita semua diharapkan tidak hanya melihat dan
mendengarkan secara fisik saja, melainkan juga secara spiritual,
mengingat dan memperhatikan pada masa kini banyak kepalsuan atau
permainan sandiwara, misalnya kelihatannya cantik atau tampan, namun
sebenarnya yang bersangkutan adalah penipu. Dengan kata lain lihatlah
dan dengarkan apa yang mereka kerjakan atau lakukan maupun aneka
informasi yang terkait dengan cara hidup dan cara bertindak yang
bersangkutan. Kepekaan dan keterampilan melihat dan mendengarkan
dengan baik dan benar ini kami harapkan sedini mungkin dibiasakan atau
dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga. Di dalam keluarga
hendaknya diperlihatkan dan diperdengarkan pertama-tama apa yang baik
dan benar bagi anak-anak balita, dan ketika sudah mampu membedakan
hendaknya juga diperlihatkan dan diperdengarkan apa adanya,  serta
anak-anak kemudian dilatih memilah dan memilih. Kebiasaan mengadakan
pemeriksaan batin setiap hari juga akan membantu kepekaan melihat dan
mendengarkan dengan baik dan benar.

·   "Kuatkanlah hatimu, hai bangsaku, yang membawa nama Israel!Kamu
telah dijual kepada bangsa-bangsa lain, tetapi tidak untuk
dibinasakan. Karena telah memurkakan Allah maka kamu diserahkan kepada
para lawan.Sebab Pembuatmu telah kamu marahkan, dengan mempersembahkan
korban kepada setan, bukannya kepada Allah.Pengasuhmu telah kamu
lupakan, yakni Allah kekal, dan hati Yerusalem, dayahmupun telah kamu
dukakan." (Bar 4:5-8). Kutipan ini kiranya dapat kita renungkan atau
refleksikan sesuai dengan situasi dan kondisi kita masing-masing. Jika
kita mawas diri dengan baik dan benar kiranya kita semua akan mengakui
dan menyadari bahwa diri kita telah banyak bertindak dosa atau
menyeleweng, namun sampai kini masih dianugerahi kehidupan yang layak.
Marilah kita syukuri kasih pengampunan dan kemurahan hati Allah yang
kita terima melalui saudara-saudari kita. Dengan kata lain kami
mengharapkan kita semua tidak melupakan kebaikan dan kemurahan hati
saudara-saudari kita, dan tentu saja pertama-tama dan terutama kasih
dan kemurahan hati yang telah kita terima melalui orangtua atau
bapak-ibu kita masing-masing. Kita semua telah menerima pengasuhan
dengan penuh cintakasih dan murah hati yang telah dilakukan oleh
orangtua serta para guru yang membantu orangtua dalam mengasuh dan
mendidik kita. Kepada kita yang telah dewasa kami ajak untuk saling
mengasuh satu sama lain, sehingga kebersamaan hidup kita akan indah,
menarik dan mempesona. Marilah kita hidup dan bertindak dengan penuh
syukur dan terima kasih, karena kita telah menerima kasih melimpah
ruah dari Allah melalui sekian banyak orang yang telah mengasihi dan
memperhatikan kita.

"Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu
yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN
mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina
orang-orang-Nya dalam tahanan.Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia,
lautan dan segala yang bergerak di dalamnya." (Mzm 69:33-35)

Ign 5 Oktober 2013

4Okt

"Semua Engkau nyatakan kepada orang kecil"

(Gal 6:14-18; Mat 11;25-30)

"Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi
orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang
kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan
kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain
Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua
yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena
Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat
11:25-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Fransiskus Assisi hari ini saya sampaikan catatan-catatans
sederhana sebagai berikut:

·   Santo Fransiskus Assisi telah menjadi inspirasi bagi  Paus kita
saat ini, dalam rangka menanggapi panggilan Allah untuk menjadi Paus,
menggembalakan umat Allah. Seorang Yesuit yang sungguh handal dan
berpengalaman sebagai pengikut St.Ignatius Loyola dan ketika terpilih
menjadi Paus tergerak hatinya untuk meneladan Fransiskus Assisi dalam
penggembalaan umat Allah. Ignatius Loyola sendiri juga belajar dari
Fransiskus Assisi perihal keutamaan kemiskinan, yang oleh Ignatius
kemudian diperdalam menjadi 'keutamaan/kaul kemiskinan bagaikan ibu
dan benteng hidup beriman/membiara'. Perhatian terhadap mereka yang
miskin dan berkekurangan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh pada
umumnya menjadi perhatian banyak orang. Dari mereka yang miskin dan
berkekurangan kita dapat belajar aneka keutamaan yang tak ada dalam
diri orang kaya dan pandai. Maka dengan ini kami mengajak dan
mengingatkan kita semua, dalam rangka mengenangkan St.Fransiskus
Assisi, untuk senantiasa memperhatikan mereka yang miskin dan
berkekurangan. Secara khusus kami ingatkan rekan-rekan imam/klerikus
untuk hidup sederhana meneladan Yesus, yang meskipun kaya telah
menjadi miskin, dan juga sebagaimana diharapkan oleh Gereja Katolik.
"Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari
segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan" (KHK kan 282 $ 1).
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk hidup dan
bertindak dengan lemah lembut dan rendah hati, meneladan Dia yang
sungguh lemah lembut dan rendah hati. St.Fransiskus Assisi juga
memiliki devosi mendalam terhadap "Yang Tersalib", yang diwujudkan
dengan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah serta meninggalkan
aneka kenikmatan duniawi, harta benda dan uang serta kehormatan
duniawi.

·   "Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib
Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku
dan aku bagi dunia.Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada
artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Dan
semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah
kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik
Allah. Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena
pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus.Kasih karunia Tuhan kita
Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara" (Gal 6:14-18).
Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak kita semua yang beriman
kepada Yesus untuk "sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib
Tuhan kita Yesus Kristus". Kita boleh bermegah atau bangga jika
memperoleh kesempatan untuk 'menderita, berjuang dan berkorban' karena
kesetiaan iman kita kepada Tuhan. Maka ketika anda menghadapi
kesempatan untuk menderita, berjuang dan berkorban demi iman,
hendaknya jangan disingkiri, melainkan hayati dengan rendah hati dan
bantuan rahmat ilahi. Bermegah dan berjuang dalam salib Tuhan kita
Yesus Kristus berarti berpikir seperti apa yang dipikirkan oleh Yesus,
demikian juga merasa seperti yang dirasakan Yesus dan melangkah atau
bergerak meneladan langkah dan gerak Yesus. Dengan kata lain hendaknya
kita jangan hidup dan bertindak seenaknya sendiri, hanya mengikuti
keinginan atau selera pribadi. Semangat atau sikap mental yang
dikembangkan oleh Fransiskus Assisi yang bagi kita saat ini sungguh
mendesak dan up to date adalah persaudaraan atau persahabatan sejati,
maka rekan-rekan pengikut Fransiskus Assisi sering menyatakan diri
sebagai hamba atau saudara dina. Maka kepada para pengikut Fransiskus
Assisi, entah imam, bruder, suster kami harapkan dapat menjadi teladan
dalam persaudaraan atau persahabatan sejati.

" TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh
diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela,
yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan
segenap hatinya" (Mzm 15:1-2)

Ign 4 Oktober 2013

3Okt

"Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala."

(Neh 8:1-4a.5-6.7b-12; Luk 10:1-12)

" Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain,
lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan
tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan
yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk
tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak
domba ke tengah-tengah serigala.Janganlah membawa pundi-pundi atau
bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama
dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih
dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang
yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal
atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah
dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu,
sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah
berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota
dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan
sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada
mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk
ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke
jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang
melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah
ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu
Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." (Luk
10:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Hidup beriman atau beragama memiliki panggilan missioner, tugas
pengutusan: mewartakan atau menyebarluaskan apa yang telah diimaninya.
Dalam Warta Gembira ini kita semua diingatkan dan diajak bahwa dalam
rangka mewartakan iman sarana utama yang dipakai adalah cara hidup dan
cara bertindak kita sendiri, bukan aneka macam jenis sarana-prasarana
lainnya atau uang dan harta benda. Dengan kata lain kesaksian atau
keteladanan hidup beriman merupakan cara utama dan pertama dalam tugas
pewartaan atau melaksanakan karya missioner, yang tak dapat digantikan
oleh cara lain apapun. Maka marilah kita perdalam iman kita
masing-masing, sehingga iman kita tak akan goyah atau luntur karena
aneka macam godaan yang merebak di masa ini. Melaksanakan tugas
pewartaan iman bagaikan 'anak domba di kirim ke tengah-tengah kawanan
serigala', godaan dan rayuan setan yang siap menghancurkan iman kita.
Wujud godaan atau rayuan setan yang dekat dengan kita setiap hari
tidak lain adalah aneka bentuk kenikmatan yang terkait dengan nafsu
manusiawi kita seperti makanan, minuman, seks dst.. Maka dengan ini
kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk melatih diri melawan
godaan dan rayuan tersebut yaitu dengan 'matiraga', mengendalikan
nafsu raga atau anggota-anggota tubuh kita sedemikian rupa, sehingga
hanya bergerak sesuai dengan kehendak Tuhan. Atau kita dapat melatih
diri dengan senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib
dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan
kita masing-masing. Mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau
aturan hemat saya juga merupakan wujud matiraga, karena kita tidak
bertindak seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera atau keinginan
pribadi.

·   "Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel telah menetap
di kota-kotanya, maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman
di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab
itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang
diberikan TUHAN kepada Israel. Lalu pada hari pertama bulan yang
ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah,
yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat
mendengar dan mengerti. Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab
itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari
di hadapan laki-laki dan perempuan" (Neh 8:1-4a). Kutipan ini bagi
kita kiranya berarti bahwa sebagai orang beriman atau beragama
hendaknya sering membaca dan mencecap dalam-dalam aneka aturan hidup
beriman atau beragama. Secara khusus kepada segenap umat Katolik di
hari-hari terakhir tahun Iman ini, saya ingatkan: sejauh mana kita
telah membaca dan mendalami apa yang tertulis di dalam Kitab Hukum
Kanonik (Hukum Gereja Katolik). Jika anda tidak memiliki buku ini
silahkan buka situs www.ekaristi.org, karena anda dapat
men'down-load'buku tersebut. Sedangkan kepada mereka yang beragama
lain kami harapkan membaca dan mencecap dalam-dalam aneka aturan dan
tata tertib hidup beragama yang ada. Semoga buku-buku atau tulisan
perihal tata tertib dan aturan tidak berhenti dalam tulisan, melainkan
menjadi nyata dalam tindakan umat yang terkait dengan aturan dan tata
tertib tersebut.

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu
teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah
TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat
mata bercahaya" (Mzm 19:8-9)

Ign 3 Oktober 2013

2Okt

"Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga"

(Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10)

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan
barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari
anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka
di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Mat
18:1-5.10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Para
Malaikat Pelindung hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:

·   "Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya, malaikat-malaikat
mengelilingi manusia dengan perlindungan dan doa permohonan. Seorang
malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan
gembala, supaya menghantarnya kepada kehidupan. Sejak di dunia ini,
dalam iman, kehidupan Kristen mengambil bagian di dalam kebahagiaan
persekutuan para malaikat dan manusia yang bersatu dengan Allah"
(Katekismus Gereja Katolik no 336). Marilah ajaran ini kita imani dan
hayati. "Mengambil bagian di dalam kebahagiaan persekutuan para
malaikat dan manusia yang bersatu dengan Allah", inilah yang kiranya
baik kita renungkan dan hayati. Secara konkret hemat saya hal ini
dapat kita wujudkan dengan membangun dan memperdalam persaudaraan atau
persahabatan sejati di antara umat beriman, entah agama dan
keyakinannya apapun. Bersaudara atau bersahabat berarti tidak pernah
menyakiti atau mengecewakan orang lain, apalagi melakukan kejahatan
yang merugikan orang lain, karena setiap kali kita ingin berbuat
jahat, maka malaikat pelindung telah mengingatkan kita. Kita sering
berada sendirian di kamar tidur, kamar mandi atau toilet, dan ada
kemungkinan bahwa kita lalu melakukan perbuatan amoral atau berdosa;
baiklah kami ingatkan anda sekalian, bahwa meskipun secara fisik kita
sendirian, tetapi malaikat pelindung tetap bersama kita, maka jika
anda percaya kepada malaikat pelindung jangan berbuat seenaknya
apalagi melakukan tindakan amoral. Peringatan atau pendampingan
malaikat pelindung juga dapat berbentuk aturan atau tata tertib yang
sering terpampang di sana-sini, maka kami berharap taati dengan
sepenuh hati tata tertib atau aturan tersebut.

·    "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu,
untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat
yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah
perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab
pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab nama-Ku ada di dalam
dia.Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan
melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan
melawan lawanmu" (Kel 23:20-22). Malaikat pelindung berjalan di depan
kita, mendahului langkah dan tindakan kita. Maka dengan ini kami
mengajak dan mengingatkan anda sekalian, segenap umat beriman, untuk
tidak takut menuju tempat atau daerah atau tugas pengutusan dan
pekerjaan baru. Ikuti petunjuk malaikat pelindung perihal apa yang
harus anda katakan maupun lakukan. Petunjuk malaikat pelindung dapat
berupa nasihat atau saran, kritik dan ejekan dari orang-orang lain,
yang memperhatikan langkah dan tindakan kita. Dengarkan dan cecap
dalam-dalam aneka nasihat, saran, kritik maupun ejekan serta kemudian
tanggapi dalam dan melalui perilaku atau tindakan yang menyelamatkan
jiwa manusia. Cirikhas bahwa kita senantiasa mendengarkan dan
mengikuti petunjuk malaikat pelindung atau apapun yang kita lakukan
dan katakan senantiasa menyelamatkan jiwa manusia. Sebaliknya orang
yang tidak mendengarkan dan melaksanakan petunjuk malaikat pelindung
akan menuju ke penderitaan abadi, dan pada waktunya masuk ke neraka
untuk selama-lamanya. Marilah kita saling mengingatkan satu sama lain,
dan tentu saja juga saling mendengarkan. Wujud iman kita kepada
malaikat pelindung juga dapat kita hayati dengan membaca buku-buku
rohani atau yang berisi pengetahuan perihal hidup baik, bermoral dan
berbudi pekerti luhur. Maka marilah kita tingkatkan juga pembacaan
buku-buku rohani dst…

"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam
naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat
perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap
burung, dari penyakit sampar yang busuk.Dengan kepak-Nya Ia akan
menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,
kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok." (Mzm 91:1-4)

Ign 2 Oktober 2013

1Okt

"Yesus memanggil seorang anak kecil"

(1Kor 12:31-13:13; Mat 18:1-5)

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan
barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Teresia, Kanak-kanak Yesus, perawan dan pujangga Gereja, hari ini
saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·    St.Teresa ini antara lain dikenal sebagai pribadi yang rendah
hati, dalam doa-doanya antara lain ia senantiasa memadahkan kata-kata
ini: "Tuhan, jadikanlah aku bola permainanMu; jika hendak Kautendang,
silahkan; jika hendak Kaubuang, silahkan; jika Engkau bosan dan Kau
simpan, silahkan, dst…". Isi doa tersebut sungguh mencerminkan
pribadinya yang rendah hati serta senantiasa taat kepada kehendak dan
perintah Tuhan dalam keadaan atau situasi macam apapun. Kerendahan
hati dan ketaatan hemat saya merupakan dua keutamaan yang tak dapat
dipisahkan, bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak
dapat dipisahkan, serta merupakan keutamaan dasar bagi umat beriman.
Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman
untuk senantiasa menghayati keutamaan rendah hati dan taat. Bukankah
beriman berarti 'mempersembahkan diri seutuhnya kepada
Tuhan/Penyelenggaraan Ilahi' yang berarti tidak hidup dan bertindak
seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi.
Salah satu dampak dari berkembangnya sarana-prasarana HP dan Internet,
antara lain adalah membuat orang bersikap mental egois, pengumpul dan
kurang peka terhadap kepentingan orang lain, apalagi rendah hati. Tak
henti-hentinya saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk
senantiasa mendidik dan membina anak-anaknya sedini mungkin dalam hal
rendah hati dan taat, dan tentu saja perlu keteladanan para orangtua
atau bapak-ibu sendiri. Wujud konkret rendah hati dan taat antara lain
adalah keterbukaan terhadap aneka kesempatan dan kemungkinan. Kiranya
kita semua perlu meneladan atau belajar dari anak-anak balita, yang
menurut hemat saya sungguh terbuka terhadap aneka kemungkinan dan
kesempatan, serta memiliki semangat/sikap mental belajar yang tinggi.

·   "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu.Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa
roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap" (1Kor 13:4-8). Orang yang
rendah hati dan taat pada umumnya juga akan hidup saling mengasihi
dimana pun dan kapan pun, maka marilah kita hayati ajakan atau ajaran
Paulus sebagaimana saya kutipkan di atas ini. Dari ajaran perihal
cintakasih di atas, hemat saya yang mendesak dan up to date untuk kita
hayati dan sebarluaskan masa kini adalah "tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain", mengingat dan memperhatikan banyak
orang masa kini begitu mudah marah serta menyimpan kesalahan orang
lain. Memang menyimpan kesalahan orang lain hemat saya merupakan modal
atau dasar untuk marah, maka pertama-tama kami harapkan agar kita
semua tidak dengan mudah menyimpan kesalahan atau kekurangan orang
lain. Wujud konkret dari marah yang paling lembut dan banyak dilakukan
orang adalah 'mengeluh atau menggerutu'. Jika ada sesuatu yang tidak
sesuai dengan selera atau keinginan pribadi, pada umumnya orang
mengeluh dan menggerutu. Orang yang biasa mengeluh dan menggerutu juga
berarti tak tahu terima kasih dan syukur, padahal jika kita berani
mawas diri dengan baik dan benar, kita semua akan menghayati diri
sebagai orang yang telah menerima kasih melimpah ruah, dan dengan
demikian pasti akan bersyukur dan berterima kasih dalam situasi dan
kondisi apapun.

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku
tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu
ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan
jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti
anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai
Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

Ign 1 Oktober 2013

30Spt

"Setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga
itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang
lama dari perbendaharaannya."

(2Tim 3:14-17; Mat 13:47-52)

 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan
di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh,
pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan
mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik
mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat
akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan
orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan
kertakan gigi. Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya,
kami mengerti." Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu
setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu
seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama
dari perbendaharaannya." (Mat 13:47-52), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Hieronimus, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir bulan September, bulan Kitab Suci
Nasional, maka kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri: sejauh
mana apa yang tertulis di dalam Kitab Suci telah kita bacakan,
dengarkan dan renungkan, sehingga menjiwai cara hidup dan cara
bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sejauh mana kita
telah menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga, yang berarti
mendengarkan dan melaksanakan sabda atau firman Allah. Kedewasaan iman
dan kepribadian kita juga karena dibina oleh sabda atau firman Allah,
sehingga ada kemungkinan kita juga tumbuh berkembang menjadi orang
bijak. Pada akhir zaman, yang bagi kita masing-masing adalah kematian
kita, semoga kita dikenal dan ditemui sebagai orang baik dan benar,
tidak melakukan tindak kejahatan sekecil apapun. Semoga ketika kita
dipanggil Tuhan mereka yang harus memberi sambutan tidak mengalami
kesulitan sedikitpun karena kita adalah orang baik dan benar dan
dengan demikian apapun yang dikatakan perihal diri kita senantiasa
baik dan mempesona bagi orang lain yang mendengarkannya. Semoga kita
bagaikan bank keutamaan atau nilai-nilai kehidupan sejati. Secara
khusus kami berharap kepada rekan-rekan imam untuk tumbuh berkembang
menjadi orang bijak, sehingga apa-apa yang keluar dari mulut, entah
dalam dan melalui kotbah, nasihat, rapat-rapat dst.. Ingatlah bahwa
sebagai imam kita sering memberi berkat kepada umat, semoga hal itu
tidak formalitas atau basa-basi saja, melainkan sungguh nyata dan
terwujud. Demikian juga kepada rekan-rekan yang membantu pelayanan
pastoral para imam kami harapkan sungguh bijak dalam pelayanannya.

·   "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci
yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran" (2Tim 3:15-16). Kutipan ini semakin menegaskan apa yang
kami katakan di atas terkait dengan aturan dan tata tertib, yang
dibuat dan diberlakukan dalam ilham Allah alias demi kebaikan dan
kesejahteraan bersama. Marilah kita bercermin pada tata tertib atau
aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas kita
masing-masing. Jika perilaku kita tidak sesuai dengan aturan atau tata
tertib yang ada hendaknya dengan senang hati kita memperbaikinya,
demikian juga ketika kita merasa kurang ajar atau kurang terdidik
marilah dengan pengorbanan dan perjuangan kita hayati aturan dan tata
tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita
masing-masing, sebaliknya kita kita telah setia melaksanakan tata
tertib atau aturan, baiklah terus kita perdalam dan perkembangkan.
Tentu saja kami juga berharap kepada para penegak aturan dan tata
tertib, entah polisi atau ahli hukum, untuk dapat menjadi teladan
dalam hal pelaksanaan tata tertib dan aturan. Rekan-rekan polisi kami
harapkan bertindak tegas di jalanan dalam rangka menertibkan para
pengguna jalan, jangan sampai terjadi seperti si Dul anak Dhany, yang
baru usia 13 tahun mengendarai mobil mewah dan membunuh enam orang di
jalanan serta melukai beberapa orang lainnya. Para guru/pendidik di
sekolah-sekolah kami harapkan juga tegas dan konsisten dalam
memberlakukan tata tertib bagi para peserta didiknya dan tentu saja
juga dengan teladan konkret dari para guru/pendidik sendiri. Demikian
juga para orangtua hendaknya menjadi teladan dalam rangka menghayati
atau melaksanakan aneka tata tertib dan aturan.

"Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para
bangsawan.Segala bangsa mengelilingi aku -- demi nama TUHAN,
sesungguhnya aku pukul mereka mundur. Mereka mengelilingi aku, ya
mengelilingi aku -- demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka
mundur. Mereka mengelilingi aku seperti lebah, mereka menyala-nyala
seperti api duri, -- demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka
mundur. Aku ditolak dengan hebat sampai jatuh, tetapi TUHAN menolong
aku. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi
keselamatanku"

(Mzm 118:9-14)

Ign 30 September 2013

MgBXXVI

Mg Biasa XXVI: Am 6:1a.4-7;1Tim:6:11-16;Luk 16:19-31

"Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita"

Pada suatu hari Bapak Julius Kardinal Damaatmaja SJ bertemu dengan Gus
Dur (alm.) dalam rangka saling mempererat persaudaraan sejati antar
umat beragama/beriman. Kita kenal bahwa Gus Dur suka banyolan dalam
berbicara, dan ketika bercakap-cakap dengan Bapak Kardinal antara lain
Gus Dur berkata :"Wah, bapak Kardinal nanti kalau dipanggil Tuhan dan
naik ke sorga lebih enak daripada saya". "Lho mengapa demikian Gus?",
pertanyaan bapak Kardinal. "Bapak Kardinal, selama di dunia ini bapak
Kardinal khan tidak boleh menikah serta menikmati aneka macam
kenikmatan relasi suami-isteri, sehingga di sorga nanti diperkenankan
menikmati perempuan-perempuan cantik seenaknya. Sedangkan saya di
dunia ini tidak boleh makan daging babi, sehingga di sorga nanti boleh
makan daging babi sepuas-puasnya dan sebanyak-banyaknya. Apa yang
sudah kita nikmati di dunia ini di sorga nanti tidak boleh dinikmati
lagi, sedangkan apa yang belum kita nikmati di dunia ini di sorga
nanti boleh menikmati sebanyak-banyaknya dan sepuas-puasnya". Saya
ingat ceritera tersebut setelah merenungkan Warta Gembira hari ini.
Hemat saya banyolan di atas berisi pesan mendalam perihal hidup moral
secara sederhana, yaitu 'boleh dan tidak boleh, sudah dan belum'. Maka
marilah kita renungkan sabda hari ini.

"Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita" (Luk 16:25)

Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan dialog antara orang kaya raya
yang telah dipanggil Tuhan dengan bapa Abraham, bapa umat beriman.
Orang kaya raya yang selama hidupnya berfoya-foya menikmati segala
kekayaannya dan aneka kenikmatan di dunia ini setelah dipanggil Tuhan
harus masuk ke neraka ke dalam api yang membara, sementara itu
Lazarus, orang miskin dan menderita  serba kekurangan di dunia,
setelah meninggal dunia menikmati hidup bahagia selamanya di sorga
bersama bapa Abraham dan Allah. Menanggapi keluh kesah penderitaan
orang kaya yang ada di neraka, bapa Abraham menjawab: " Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita".

 Apa yang telah dan sedang kita lakukan dan nikmati selama hidup di
dunia ini sampai kini? Hemat saya anda sendiri masing-masing yang
mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan benar, karena ada
kemungkinan tindakan atau kenikmatan yang ada dilakukan sendirian di
tempat sepi dan tertutup. Pada umumnya di hadapan umum orang melakukan
apa yang baik agar dipuji dan dikagumi oleh banyak orang, sementara
itu ketika sendirian di tempat sepi atau tertutup berbuat seenaknya:
menikmati apa saja sesuai dengan selera pribadi atau dorongan nafsu
pribadi. Kami berharap dimana pun dan kapan pun, entah sendirian atau
bersama-sama, senantiasa melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur.

Sebagai orang beriman atau beragama hendaknya kita senantiasa setia
melaksanakan perintah atau sabda Tuhan, dan hemat saya semua sabdaNya
atau kehendakNya dapat dipadatkan ke dalam perintah untuk saling
mengasihi, sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita. Kita semua
diciptakan dan dibesarkan dalam dan oleh cintakasih, dan tanpa
cintakasih tak mungkin kita hidup sebagaimana adanya pada saat ini.
Mengasihi atau mencintai memang perlu disertai dengan perjuangan dan
pengorbanan diri, saling memberi dan menerima. Hemat saya pada masa
kini yang cukup sulit adalah dikasihi, yang berarti senantiasa siap
sedia untuk dinasihati, diperintah, dituntun, diejek atau dilecehkan
dst.. Sebenarnya jika masing-masing kita berani mawas diri secara
benar dan jujur pasti akan menyadari dan menghayati bahwa kita semua
telah menerima kasih secara melimpah ruang, dan memang senantiasa siap
sedia untuk dikasihi, yaitu ketika kita masih dalam usia balita.

Berjuang dan berkorban demi orang lain hemat saya perlu dididik dan
dibiasakan pada anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga, maka
anak-anak hendaknya jangan dimanjakan, melainkan didiklah untuk
berjuang dan berkorban sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan
usianya. Di dalam keluarga, misalnya, ketika anak-anak dapat menyapu
hendaknya diberi tugas menyapu setiap hari atau mengurus dan mengelola
tempat tidurnya sendiri beserta perabotan lainnya yang mereka pakai.
Ketika selama di dunia ini kita senantiasa berjuang dan berkorban demi
keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain/saudara-saudari
kita, maka kelak ketika meninggal dunia dan berada di sorga kita dapat
hidup seenaknya sesuai dengan selera atau keinginan pribadi kita
masing-masing.

"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup
yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau
ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. Di hadapan Allah yang
memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus
yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius
Pilatus, kuserukan kepadamu: Turutilah perintah ini, dengan tidak
bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa
yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan
Tuan di atas segala tuan." (1Tim 6:12-15)

Kutipan di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua, umat
beriman, untuk "bertanding dalam pertandingan iman yang benar dan
merebut hidup yang kekal", dengan kata lain kita dipanggil untuk
senantiasa memperdalam dan memperkembangkan iman kita, meneladan iman
bapa Abraham. Salah satu cara untuk itu antara lain senantiasa
'menuruti dan melaksanakan perintah dengan tidak bercacat dan tidak
bercela', dan tentu saja perintah yang baik, yang menyelamatkan jiwa
manusia. Aneka perintah yang tersirat dalam aneka tatanan atau aturan
hidup bersama hemat saya baik adanya, menuntun siapapun yang
berkehendak baik menuju ke keselamatan jiwa manusia.

Pertama-tama dan terutama marilah kita taati dan laksanakan atau
hayati perintah atau nasihat orangtua kita masing-masing maupun para
guru/pendidik di sekolah-sekolah. Jika kita setia mentaati dan
melaksanakan aneka perintah dan nasihat dari orangtua di rumah dan
guru/pendidik di sekolah, maka hemat saya kita dengan mudah akan
mentaati dan melaksanakan tatanan atau aturan lain, entah dalam hidup
beragama maupun hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita
semua hendaknya jujur dan disiplin dalam mentaati dan melaksanakan
aneka tatanan dan aturan, dan secara konkret berarti tidak melakukan
tindak korupsi sekecil apapun atau dalam bentuk apapun.

"Janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu
mengantuk;lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan,
seperti burung dari pada tangan pemikat.Hai pemalas, pergilah kepada
semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:biarpun tidak ada
pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya" (Am 6:4-7). Kutipan ini
kiranya baik untuk direnungkan atau direfleksikan bagi para pemalas,
merupakan peringatan pagi para pemalas untuk bertobat. Mungkin para
pemalas tidak sempat membaca tulisan ini, maka kepada anda sekalian
kami ajak untuk menyampaikan pesan ini kepada para pemalas di
lingkungan hidup atau kerja anda. Ingatlah dan sadari bahwa malas
merupakan 'tempat istiirahat setan/roh jahat', yang kemudian tentu
akan mendorong orang yang bersangkutan untuk melakukan kejahatan. Kami
berharap anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina
dalam hal kerajinan: rajin belajar, rajin berkorban dan berjuang demi
kesejahteraan hidup bersama.

"Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di
tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan
Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala
terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah
menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya. Mereka akan
datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan
berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak,
karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi"

 (Yer 31:10-12b)

Ign 29 September 2013

28Spt

"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."

(Za 2:1-5.10-11a; Luk 9:43b-45)

"Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya
itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Dengarlah dan camkanlah
segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia." Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya
tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan
mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya" (Luk
9:43b-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Sabda atau firman Allah memang tidak mudah difahami, apalagi bagi
orang-orang yang bersikap mental materialistis atau duniawi serta
egois. Allah adalah mahasegalanya dan berkehendak untuk menyelamatkan
seluruh umat manusia, tanpa pandang bulu dan untuk itu telah berkenan
menjadi Manusia hina seperti kita kecuali dalam hal dosa. "Dengarlah
dan camkanlah segala perkatanKu ini: Anak Manusia akan diserahkan ke
dalam tangan manusia", demikian sabda Yesus kepada para muridNya,
namun mereka tidak mengerti perkataan itu dan tidak berani menanyakan
arti perkataan itu kepadaNya. Sikap mental 'kemuridan' memang harus
kita perdalam dan perkembangkan. Seorang murid sejati dan baik adalah
yang sungguh mendengarkan apa yang diajarkan oleh gurunya, dan untuk
itu perlu rendah hati mempersembahkan diri seutuhnya kepada sang guru,
serta tidak bersikap mental duniawi atau materialistis. Sikap mental
murid sejati adalah bagaikan seorang anak kecil yang mendambakan tahu
segalanya dan untuk itu ia senantiasa siap sedia menerima apa saja
yang mendatanginya. Apa yang mendatangi anak kecil/bayi pada umumnya
adalah apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Demikian
juga apa yang dikatakan oleh para guru pada umumnya baik, bermoral dan
berbudi pekerti luhur. Dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk
saling belajar dan mendengarkan satu sama lain dengan rendah hati,
agar dengan demikian tidak ada kesalah-fahaman di antara kita dan
dengan demikian kita bersama-sama dengan mudah mendengarkan dan
memahami sabda atau firman Tuhan. Marilah kita saling menyerahkan diri
demi kebahagiaan atau kesejahteraan kita bersama. Kebahagiaan dan
kesejahteraan umum dapat terjadi atau menjadi nyata dengan kerjasama
dan saling menyerahkan diri di antara kita. Kita hayati filsafat sapu
lidi: lidi sendirian berarti menjadi sampah dan dibuang, sedangkan
begitu banyak lidi diikat menjadi satu berarti menjadi sapu akan
fungsional membersihkan lingkungan,.

·   "Berlarilah, katakanlah kepada orang muda yang di sana itu,
demikian: Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka oleh
karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya. Dan Aku sendiri,
demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di
sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya." (Zak
2:4-5). Yerusalem adalah kota suci atau kota idaman, dan bagi kita
semua orang beriman berarti dambaan atau kerinduan kita. Kami percaya
bahwa sebagai orang beriman kita semua mendambakan hidup suci, dan
secara khusus orang-orang muda yang baik kiranya juga mendambakan
hidup suci, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan
Ilahi. Kutipan diatas menurut saya memang terarah bagi orang-orang
atau generasi muda, yang pada umumnya memang memiliki dambaan atau
cita-cita tinggi atau mulia. Kepada segenap generasi muda yang
mendambakan hidup suci dan mulia, kami harapkan dengan rendah hati
melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dalam
perjalanan hidup dan panggilan anda masing-masing. Percayalah bahwa
jika anda setia melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait
dalam tugas, pekerjaan dan perutusan anda, maka apa yang anda dambakan
akan menjadi kenyataan atau terwujud. Fungsi aturan atau tata tertib
tidak lain adalah sebagai penuntun atau petunjuk, orang yang siap
sedia dituntun pasti akan selamat dan sejahtera. Sebagai orang muda
marilah kita hayati sabdaNya: "Aku sendiri, demikian firman Tuhan,
akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya", yang berarti
segala langkah dan kerja kita senantiasa dikelilingi oleh Tuhan, yang
mambakar dan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun
dan kapan pun. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja,
maka sebagai orang yang beriman kepada Tuhan kita tidak mungkin hidup
dan bertindak seenaknya, melainkan mau tak mau kita harus melaksanakan
atau melakukan kehendak dan perintah Tuhan. Dalam bulan Kitab Suci ini
kami berharap anda telah terbiasa mendengarkan firman atau sabdaNya,
maka hendaknya terus dikembangkan dan diperdalam.

"Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di
tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan
Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala
terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah
menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya. Mereka akan
datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan
berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak,
karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi" (Yer 31:10-12)

Ign 28 September 2013

27Spt

"Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka"

(1Kor 1:26-31; Mat 9:35-38)

"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar
dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu,
tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka
lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya
kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:35-38), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Vincensius a Paulo, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   St.Vincensius yang kita kenangkan hari ini adalah seorang imam
yang sangat memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, dan
membaktikan diri sepenuhnya dalam pelayanan kepada mereka. Apa yang
telah dilakukan telah menjiwai para pengikutnya, antara lain dengan
mendirikan panti asuhan guna menampung dan mendidik mereka yang miskin
dan berkekurangan, terutama anak-anak dan generasi muda. St.Vincensius
kiranya meneladan Yesus, yang hatiNya tergerak oleh belas kasihan
kepada mereka yang terlantar. Maka dengan ini kami mengajak dan
mengingatkan segenap umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus
Kristus untuk meneladanNya. Di dalam lingkungan hidup dan kerja kita
kiranya ada orang-orang yang terlantar alias kurang memperoleh
perhatian dari saudara-saudarinya, entah mereka itu miskin dan
berkekurangan dalam hal harta benda atau uang atau mungkin karena
kepribadiannya kurang menarik dan mempesona bagi orang lain. Kami
percaya bahwa kita semua masih memiliki hati yang tahu akan belas
kasih, maka hendaknya apa yang ada di dalam hati kita jangan dibiarkan
saja dan kemudian padam, melainkan kobarkan dengan nyata dalam
memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup
dan kerja anda. Memang pada masa kini tidak banyak orang yang tahu
belas kasih serta mewujudkannya dalam tindakan atau perilaku, karena
sikap mental egoistis begitu merebak di sana-sini dalam kehidupan
sehari-hari. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin
dididik dan dibina dalam hal kepekaan social, perhatian terhadap
saudara-saudarinya. Bertindak social atau membantu orang lain,
terutama yang miskin dan berkekurangan hemat saya bukan hanya sekedar
kewajiban moral belaka, melainkan sungguh merupakan keharusan,
mengingat dan memperhatikan bahwa kita semua, masing-masing telah
menerima bantuan begitu banyak dari orang lain dalam bentuk apapun
yang kita butuhkan untuk hidup layak.

·   "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu
dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak
banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan
orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih
Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan
yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti,
dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada
seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1Kor:
26-29). Orang-orang yang dinilai bodoh dan kurang terhormat di
masyarakat belum tentu miskin dalam hal nilai-nilai dan
keutamaan-keutamaan hidup. Pada masa kini cukup banyak pelajar atau
mahasiwa mengadakan 'live in'  di desa-desa dan pegunungan untuk
mempelajari apa yang tak dapat atau tak mungkin mereka pelajari di
tempat mereka belajar. Saya pribadi setelah berkarya selama kurang
lebih 15 tahun di kota metropolitan Jakarta dan sekarang di Seminari
Menengah Mertoyudan-Magelang mereka memperoleh kesempatan emas untuk
menyegarkan nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan hidup yang telah
terlupakan selama berkarya di Jakarta. Saya memperoleh kesempatan
bergaul dan bercakap-cakap dengan orang-orang sederhana di pedesaan
dan pegunungan dalam kesempatan pelayanan Ekaristi. Nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan seperti gotong-royong, kepekaan social,
pengorbanan, rendah hati, lemah lembut dst.. saya temukan dalam
percakapan dengan mereka. Maka jangan pernah meremehkan orang yang
dipandang bodoh di masyarakat, miskin akan ilmu modern, tetapi kaya
akan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup manusia yang luar
biasa.

"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam
lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar
perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang
menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya
tetap untuk selamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib
dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang." (Mzm
111:1-4)

Ign 27 September 2013

26Spt

"Herodes mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas"

(Hag 1:1-8; Luk 9:7-9)

" Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun
merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah
bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia
telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari
nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah
kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan
hal-hal demikian?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus"
(Luk 9:7-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang bersikap materialistis, gila akan harta benda,
kedudukan dan kehormatan duniawi, pada umumnya akan mudah marah dan
tersinggung ketika muncul orang yang menyainginya atau mengancam
kedudukannya. Demikian juga pemimpin dictator akan dengan mudah
membunuh dan menyingkirkan mereka yang mengganggu kekuasaan atau
kedudukannya. Hal ini kiranya pernah terjadi, yaitu di masa Orde Baru,
masa Presiden Suharta. Namanya saja sudah menunjukkan diri sebagai
orang yang gila akan harta atau uang, maka begitu memiliki kesempatan
sebagai presiden dengan leluasa dan seenaknya mengumpulkan harta benda
atau uang untuk dirinya sendiri, isterinya, anak-anaknya maupun
kerabat dekatnya. Mereka yang berusaha menghalangi usaha dan
dambaannya dengan mudah dibunuh atau disingkirkan dengan aneka cara.
Itulah yang juga terjadi di masa lalu dalam diri Herodes, yang merasa
terganggu dan tersaingi oleh apa yang dilakukan oleh Yesus, serta
kemudian 'berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus'. Memang
orang-orang baik, benar, bermoral dan berbudi pekerti luhur di dunia
ini sungguh menjadi ancaman bagi orang-orang yang gila akan harta
benda/uang, kedudukan dan kehormatan dunia dan melakukan korupsi. Kami
berseru dan berharap kepada semua pejuang dan penegak kebenaran,
kejujuran, keadilan dan kedisiplinan, untuk terus maju berjuang
pantang mundur. Peganglah motto "mati satu tumbuh seribu", maksud kami
sekiranya harus mengalami pembunuhan seperti Yohanes Pembaptis,
bersyukurlah dan berterima kasih, karena dengan kematian anda akan
lahir ribuan penerus pejuang dan penegak kebenaran, keadilan,
kejujuran dan kedisiplinan.

·   "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu
yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?
Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah
keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit;
kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak
sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan
orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh
dalam pundi-pundi yang berlobang" (Hag 1:4-6), demikian firman Tuhan
melalui nabi Hagai. Firman ini kiranya berlaku bagi mereka yang
bersikap mental materialistis, yang senantiasa merasa berkekurangan
meskipun telah memiliki harta benda dan uang berkelimpahan, alias
orang serakah dan rakus. Memang orang bersikap materialistis semakin
tambah harta benda dan uangnya pasti akan semakin merasa
berkekurangan, paling tidak secara fisik merasa berkekurangan tempat
untuk mengamankan harta benda atau uangnya, dan yang bersangkutan
senantiasa merasa was-was, tidak tenang hidupnya: makan tidak enak,
tidurpun tidak nyenyak. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak
kita semua untuk hidup sederhana, dan sekiranya berkecukupan atau
bahkan berlebihan akan harta benda atau uang kami harapkan dengan
kerelaan hati, jiwa besar dan hati rela berkorban, menyumbangkannya
kepada mereka yang miskin dan berkekurangan. Kita semua kiranya kenal
Ibu Teresa dari Calcuta, entah melalui aneka informasi media atau
pernah berjumpa: ia meninggalkan kemegahan gedung dan menggabungkan
diri dengan para gelandangan dan orang-orang miskin. Kematiannya
mengudang semua pemimpin Negara untuk melayatnya dan mengenangkannya.
Kami berharap kepada para pemimpin untuk senantiasa memperhatikan
orang miskin, mengutamakan pelayanannya kepada mereka yang miskin dan
berkekurangan. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak
rekan-rekan pastor untuk senantiasa memperhatikan umat yang miskin dan
berkekurangan  di wilayah pelayanannya, tanpa pandang bulu atau SARA.

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam
jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang
menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka
bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan
kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan
keselamatan." (Mzm 149:1-4)

Ign 26 September 2013

25Spt

"Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan"

(Ezr 9:5-9; Luk 9:1-6)

"Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga
dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk
memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya
kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan
membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Dan
apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ
sampai kamu berangkat dari situ.Dan kalau ada orang yang tidak mau
menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari
kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."  Lalu pergilah mereka dan
mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan
menyembuhkan orang sakit di segala tempat." (Luk 9:1-6), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas rasuli,
pewarta kabar baik dan senantiasa mewartakan atau menyebarluaskan
segala sesuatu yang baik. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan
tersebut kita diharapkan lebih mengandalkan diri pada cara hidup atau
cara bertindak kita, bukan aneka macam sarana-prasarana atau
peralatan. Dengan kata lain kita semua diharapkan menjadi
pelaksana-pelaksana atau penghayat iman yang handal dan mendalam ,
hidup dan bertindak senantiasa dijiwai oleh iman kita masing-masing.
Cara hidup dan cara bertindak kita yang baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur, entah sendirian atau bersama/kelompok, pada dirinya
sendiri bersifat rasuli atau missioner, dan memang kesaksian atau
keteladanan hidup yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur
merupakan cara merasul yang utama dan pertama, yang tak tergantikan
oleh cara lain apapun. Kita semua setiap hari bepergian, maka kemana
pun kita pergi kami harapkan senantiasa 'sambil memberitakan Injil dan
menyembuhkan orang sakit di segala tempat' alias senantiasa berbuat
baik dan menyembuhkan mereka yang menderita sakit, entah sakit hati,
sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Pada masa kini kiranya
banyak orang menderita sakit hati, yang ditandai mudah marah,
membenci, mengeluh atau menggerutu. Marilah mereka yang sakit hati
kita sembuhkan dengan rendah hati dan lemah lembut serta bersama
dengan rahmat Tuhan. Percayalah bahwa dengan rendah hati dan lemah
lembut kita pasti mampu menyembuhkan mereka yang sakit hati, maka
ketika anda dimarahi atau ditegor keras oleh orang yang sakit hati,
hendaknya berterima kasih dan bersyukur, dan dengan lemah lembut dan
sederhana berkata 'terima kasih'.

·    "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani
menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah
menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke
langit. Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami
besar, dan oleh karena dosa kami maka kami sekalian dengan raja-raja
dan imam-imam kami diserahkan ke dalam tangan raja-raja negeri, ke
dalam kuasa pedang, ke dalam penawanan dan penjarahan, dan penghinaan
di depan umum, seperti yang terjadi sekarang ini. Dan sekarang, baru
saja kami alami kasih karunia dari pada TUHAN, Allah kami yang
meninggalkan pada kami orang-orang yang terluput, dan memberi kami
tempat menetap di tempat-Nya yang kudus, sehingga Allah kami membuat
mata kami bercahaya dan memberi kami sedikit kelegaan di dalam
perbudakan kami" (Ezr 9:6-8). Kutipan ini kiranya baik menjadi
pegangan atau acuan cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan
kapan pun. Mungkin kita telah mengalami aneka penderitaan, dan sadari
serta hayati bahwa sekarang masih bertahan hidup sebagaimana adanya
saat ini tidak lain karena merupakan kasih karunia Allah. Maka
selayaknya kita senantiasa bersyukur kepadaNya melalui saudara-saudari
kita. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa bersyukur, entah
sukses atau gagal dalam usaha atau kerja. Ketika sukses bersyukur
memang mudah, namun ketika gagal ada kemungkinan anda sulit bersyukur.
Dalam kegagalan tetap bersyukur, karena hal itu berarti kita
diingatkan bahwa segala kesuksesan merupakan kasih karunia Allah,
bukan hasil keringat atau kerja keras kita. Menghayati syukur dalam
kegagalan sungguh merupakan pelatihan bagi kita untuk hidup dan
bertindak dengan rendah hati, dan tidak akan jatuh ke kesombongan.
Kami percaya kita pernah, sedang dan akan mengalami kegagalan, maka
hendaknya dalam kegagalan tetap bersyukur dan berterima kasih,. Syukur
dan terima kasih merupakan kekayaan luar biasa yang kita miliki. Ingat
kita terbiasa berkata 'terima kasih', semoga hal itu tidak hanya
basa-basi belaka, melainkan sungguh merupakan penghayatan hidup.

"Terpujilah Allah yang hidup selama-lamanya, dan kerajaan-Nyapun tetap
untuk sekalian abad. Memang Ia menyiksa tapi juga mengasihani, Ia
menurunkan ke dunia orang mati, tetapi menaikkan daripadanya juga;
tiada seorangpun luput dari tangan-Nya. Muliakanlah Dia, hai orang
Israel, di hadapan sekalian bangsa, sebab kita telah
dicerai-beraikan-Nya di antara mereka. Wartakanlah kebesaran-Nya di
sana, agungkanlah Dia di hadapan segala yang hidup. Sebab Dialah Tuhan
kita dan Allah, Ia adalah Bapa kita untuk selama-lamanya." (Tb 13:2-4)

Ign 25 September 2013

24Spt

"Yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."

(Ezr 6:7-8.12b.14-20; Luk 8:19-21)

" Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak
dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan
kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin
bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya." (Luk 8:19-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   "Mendengarkan dan kemudian melakukan apa yang didengarkan"
merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena jika orang sungguh dapat
mendengarkan dengan baik serta kemudian melakukan apa yang didengarkan
kiranya para peserta didik akan sukses dalam tugas belajar dan
kemudian tumbuh berkembang sebagai pribadi dewasa yang sungguh cerdas
secara spiritual. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita
semua untuk memperdalam keutamaan mendengarkan serta melakukan apa
yang kita dengarkan. Kami berharap para orangtua sedini mungkin
mendidik dan membina anak-anak dalam keutamaan tersebut, dan tentu
saja anda antar suami-isteri sungguh saling mendengarkan satu sama
lain dalam rangka panggilan untuk saling mengasihi satu sama lain
sampai mati. Dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga atau
tempat kerja, hendaknya senantiasa diperdengarkan atau disuarakan apa
saja yang baik, yang fungsional mendidik dan membina para pendengarnya
tumbuh berkembang sebagai pribadi beriman, sehingga semakin
membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, dan kemudian senantiasa
berusaha mendengarkan kehendak Allah serta melakukannya dalam hidup
sehari-hari. Kehendak Allah dalam hidup sehari-hari menggejala dalam
dan melalui ciptaan-ciptaanNya: manusia, binatang maupun tanaman atau
tumbuh-tumbuhan. Dalam diri manusia menggejala dalam kehendak baik,
sedangkan dalam binatang maupun tanaman menggejala dalam ajakan untuk
dirawat dan diurus dengan baik. Marilah kita saling mendengarkan satu
sama lain dengan rendah hati, dan bersama-sama merawat dan mengurus
aneka jenis binatang dan tanaman di lingkungan hidup kita
masing-masing. Apakah selama bulan Kitab Suci Nasional ini kita telah
setia mendengarkan dan melakukan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di
dalam Kitab Suci? Tidak ada kata terlambat, sekiranya belum marilah
kita terus perdalam dan perkembangkan dalam kehidupan sehari-hari ini.

·   "Biarkanlah pekerjaan membangun rumah Allah itu. Bupati dan para
tua-tua orang Yahudi boleh membangun rumah Allah itu di tempatnya yang
semula. Lagipula telah dikeluarkan perintah olehku tentang apa yang
harus kamu perbuat terhadap para tua-tua orang Yahudi mengenai
pembangunan rumah Allah itu, yakni dari pada penghasilan kerajaan,
dari pada upeti daerah seberang sungai Efrat, haruslah dengan seksama
dan dengan tidak bertangguh diberi biaya kepada orang-orang itu." (Ezr
6:7-8). Kutipan di atas ini kiranya baik kita renungkan atau
refleksikan bersama, khususnya bagi mereka yang mengambil kebijakan
dalam pembangunan rumah ibadat. Sungguh kontradiktif apa yang terjadi:
pembangunan losmen atau hotel dengan mudah diberi izin dan didukung
banyak orang, sementara itu izin pembangunan tempat ibadat seperti
kapel atau gereja sulitnya bukan main, bahkan bupati atau walikota
sudah memberi izin pembangunan gereja dan pembangunan sudah dimulai,
ada saja kelompok yang mengatasnamakan agama tertentu merusak
seenaknya. Bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa losmen, tempat
penginapan/hotel, bahkan salon kecantikan, telah diselewengkan atau
disalahgunakan untuk pelacuran alias perbuatan amoral atau berdosa?.
Membangun tempat maksiat diizinkan sedangkan membangun tempat ibadat
dipersulit  atau bahkan dilarang, inikah cara hidup Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang memiliki dasar Pancasila, dimana disana-sini
sering digembar-gemborkan persaudaraan sejati, perdamaian dst.. Kami
berharap  agar pembangunan tempat-tempat ibadat tidak dipersulit atau
dilarang. Demikian juga penggunaan rumah/tempat tinggal untuk
beribadat atau berdoa bersama hendaknya tidak dilarang, melainkan
hendaknya didukung. Setiap hari kita mendengarkan ajakan untuk berdoa
melalui masjid, surau dst.., semoga ajakan itu tidak sekedar suara
yang menggelora, tetapi sungguh merupakan dukungan penggunaan aneka
tempat untuk berdoa dan beribadat. Para bupati maupun walikota kami
harapkan membina rakyatnya dalam kemudahan untuk membangun tempat
ibadat, yang diusahakan oleh agama apapun. Di Jakarta masjid yang
besar dan megah berdampingan dengan katedral, dan terjadi kerjasama
yang indah di antara umat; semoga hal ini juga terjadi di seluruh
wilayah Indonesia.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke
rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai
Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang
bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN,
untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan" (Mzm
122:1-4)

Ign 24 September 2013

23Spt

"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan
tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur"

(Esr 1:1-6; Luk 8:16-18)

"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan
tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia
menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke
dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang
tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang
rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu,
perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya
akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luk 8:16-18),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Pada umumnya orang memiliki kecenderungan menyombongkan diri
karena ia cantik, tampan, pandai, berkedudukan tinggi, kaya dst.,
dengan kata lain dengan mudah orang memberitakan apa yang baik secara
material atau fisik yang ada padanya kepada orang lain. Sabda hari ini
mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak menutup-nutupi
keutamaan-keutamaan hidup yang dimilikinya atau aneka keterampilan dan
kecakapan yang ada padanya. Maka dengan ini kami mengajak dan
mengingatkan anda sekalian: marilah kita salurkan atau teruskan
keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang kita miliki,
pengetahuan, keterampilan dan kecakapan kepada saudara-saudari kita
diamana pun dan kapan pun. Keutamaan, nilai, pengetahuan, keterampilan
maupun kecakapan kita berikan kepada orang lain tidak akan berkurang,
melainkan akan semakin bertambah banyak, handal dan mendalam. Kita
dapat belajar dari mereka yang sukses dalam tugas dan pekerjaan, yaitu
bahwa semakin mereka membaktikan atau menyumbangkan keutamaan, nilai,
pengetahuan, keterampilan dan kecakapan, mereka dengan demikian
semakin bahagia dan ceria serta giat serta rajin melaksanakan tugas
pekerjaannya, karena merasa dirinya semakin menghayati keutamaan atau
nilai, dan semakin berpengetahuan, terampil dan cakap. Dengan kata
lain dirinya semakin hebat dan dipercaya oleh banyak orang, semakin
fungsional menyelamatkan dalam hidup bersama. Marilah seberapun
keutamaan, nilai, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang ada
pada kita, atau kita miliki, kita sumbangkan dalam kehidupan bersama
kita dimana pun dan kapan pun. Marilah kita saling memberi dan
menerima agar kita semua semakin handal dan mendalam dalam penghayatan
iman, pelaksanaan tugas pengutusan dst…

·   "Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Allahnya menyertainya!
Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan
mendirikan rumah TUHAN. Allah Israel, yakni Allah yang diam di
Yerusalem. Dan setiap orang yang tertinggal, di mana pun ia ada
sebagai pendatang, harus disokong oleh penduduk setempat dengan perak
dan emas, harta benda dan ternak, di samping persembahan sukarela bagi
rumah Allah yang ada di Yerusalem." Maka berkemaslah kepala-kepala
kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam dan
orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatinya digerakkan Allah
untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di
Yerusalem" (Ezr 1:3-5). Yerusalem adalah kota suci, kota idaman, dan
bagi kita semua marilah panggilan hidup  kita jadikan sebagai
Yerusalem kita masing-masing, dengan kata lain marilah kita melangkah
maju terus dalam penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas
pengutusan. Tubuh kita terus berkembang, demikian juga usia kita terus
bertambah; semoga dengan perkembangan anggota tubuh dan bertambahnya
usia, akhirnya juga semakin menghayati panggilan maupun pelasanaan
tugas pengutusan. Hendaknya suami-isteri semakin tambah pengalaman
hidup bersama juga semakin saling mengasihi, dan pada suatu saat dua
wajah yang semula kelihatan jelas berbeda satu sama lain akan
kelihatan bagaikan orang kembar, yang kelihatan dalam penampilan
wajahnya. Semoga rekan-rekan imam semakin membaktikan diri dalam
pelayanan umat Allah, dan rekan-rekan anggota lembaga hidup bakti
semakin menghayati spiritualitas pendiri. Tentu saja kami berharap
kepada kita semua: semoga sebagai orang beriman kita semakin beriman,
semakin suci, semakin besar dan tambah usia berarti semakin dikasihi
oleh Allah dan semua orang. Semoga masing-masing dari kita semakin
menjadi 'rumah Allah' atau 'bait Allah', karena Allah sungguh hadir
dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti
orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan
tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah
orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar
kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada
kita, maka kita bersukacita." (Mzm 126:1-3)

Ign 23 September 2013