Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

25Spt

"Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan"

(Ezr 9:5-9; Luk 9:1-6)

"Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga
dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk
memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya
kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan
membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Dan
apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ
sampai kamu berangkat dari situ.Dan kalau ada orang yang tidak mau
menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari
kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."  Lalu pergilah mereka dan
mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan
menyembuhkan orang sakit di segala tempat." (Luk 9:1-6), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas rasuli,
pewarta kabar baik dan senantiasa mewartakan atau menyebarluaskan
segala sesuatu yang baik. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan
tersebut kita diharapkan lebih mengandalkan diri pada cara hidup atau
cara bertindak kita, bukan aneka macam sarana-prasarana atau
peralatan. Dengan kata lain kita semua diharapkan menjadi
pelaksana-pelaksana atau penghayat iman yang handal dan mendalam ,
hidup dan bertindak senantiasa dijiwai oleh iman kita masing-masing.
Cara hidup dan cara bertindak kita yang baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur, entah sendirian atau bersama/kelompok, pada dirinya
sendiri bersifat rasuli atau missioner, dan memang kesaksian atau
keteladanan hidup yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur
merupakan cara merasul yang utama dan pertama, yang tak tergantikan
oleh cara lain apapun. Kita semua setiap hari bepergian, maka kemana
pun kita pergi kami harapkan senantiasa 'sambil memberitakan Injil dan
menyembuhkan orang sakit di segala tempat' alias senantiasa berbuat
baik dan menyembuhkan mereka yang menderita sakit, entah sakit hati,
sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Pada masa kini kiranya
banyak orang menderita sakit hati, yang ditandai mudah marah,
membenci, mengeluh atau menggerutu. Marilah mereka yang sakit hati
kita sembuhkan dengan rendah hati dan lemah lembut serta bersama
dengan rahmat Tuhan. Percayalah bahwa dengan rendah hati dan lemah
lembut kita pasti mampu menyembuhkan mereka yang sakit hati, maka
ketika anda dimarahi atau ditegor keras oleh orang yang sakit hati,
hendaknya berterima kasih dan bersyukur, dan dengan lemah lembut dan
sederhana berkata 'terima kasih'.

·    "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani
menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah
menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke
langit. Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami
besar, dan oleh karena dosa kami maka kami sekalian dengan raja-raja
dan imam-imam kami diserahkan ke dalam tangan raja-raja negeri, ke
dalam kuasa pedang, ke dalam penawanan dan penjarahan, dan penghinaan
di depan umum, seperti yang terjadi sekarang ini. Dan sekarang, baru
saja kami alami kasih karunia dari pada TUHAN, Allah kami yang
meninggalkan pada kami orang-orang yang terluput, dan memberi kami
tempat menetap di tempat-Nya yang kudus, sehingga Allah kami membuat
mata kami bercahaya dan memberi kami sedikit kelegaan di dalam
perbudakan kami" (Ezr 9:6-8). Kutipan ini kiranya baik menjadi
pegangan atau acuan cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan
kapan pun. Mungkin kita telah mengalami aneka penderitaan, dan sadari
serta hayati bahwa sekarang masih bertahan hidup sebagaimana adanya
saat ini tidak lain karena merupakan kasih karunia Allah. Maka
selayaknya kita senantiasa bersyukur kepadaNya melalui saudara-saudari
kita. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa bersyukur, entah
sukses atau gagal dalam usaha atau kerja. Ketika sukses bersyukur
memang mudah, namun ketika gagal ada kemungkinan anda sulit bersyukur.
Dalam kegagalan tetap bersyukur, karena hal itu berarti kita
diingatkan bahwa segala kesuksesan merupakan kasih karunia Allah,
bukan hasil keringat atau kerja keras kita. Menghayati syukur dalam
kegagalan sungguh merupakan pelatihan bagi kita untuk hidup dan
bertindak dengan rendah hati, dan tidak akan jatuh ke kesombongan.
Kami percaya kita pernah, sedang dan akan mengalami kegagalan, maka
hendaknya dalam kegagalan tetap bersyukur dan berterima kasih,. Syukur
dan terima kasih merupakan kekayaan luar biasa yang kita miliki. Ingat
kita terbiasa berkata 'terima kasih', semoga hal itu tidak hanya
basa-basi belaka, melainkan sungguh merupakan penghayatan hidup.

"Terpujilah Allah yang hidup selama-lamanya, dan kerajaan-Nyapun tetap
untuk sekalian abad. Memang Ia menyiksa tapi juga mengasihani, Ia
menurunkan ke dunia orang mati, tetapi menaikkan daripadanya juga;
tiada seorangpun luput dari tangan-Nya. Muliakanlah Dia, hai orang
Israel, di hadapan sekalian bangsa, sebab kita telah
dicerai-beraikan-Nya di antara mereka. Wartakanlah kebesaran-Nya di
sana, agungkanlah Dia di hadapan segala yang hidup. Sebab Dialah Tuhan
kita dan Allah, Ia adalah Bapa kita untuk selama-lamanya." (Tb 13:2-4)

Ign 25 September 2013