Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

3Spt

"Siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka"

(2Kor 4:1-2.5-7; Luk 22:24-30)

"Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah
yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada
mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan
orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut
pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang
terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan
pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk
makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku
ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal
bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku
menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku
menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan
Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk
menghakimi kedua belas suku Israel" (Luk 22:24-30), demikian kutipan
Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Paus adalah pimpinan tertinggi Gereja Katolik, penerus Tahta
St.Petrus, yang diserahi tugas untuk menggembalakan Umat Allah, umat
yang beriman kepada Yesus Kristus, yang tergabung dalam Gereja
Katolik. Kiranya semua sependapat bahwa Paus lah yang dapat dianggap
terbesar dalam lingkungan Umat Allah. Pemimpin dalam Gereja Katolik
memang berbeda dengan pemimpin Negara pada umumnya. Kepemimpinan dalam
Gereja Katolik dihayati dengan rendah hati serta kepemimpinan
partisipatif, dimana sang pemimpin harus banyak mendengarkan suka-duka
Umat Allah serta kemudian menanggapinya demi keselamatan jiwa Umat
Allah. Maka dalam rangka mengenangkan St.Gregorius Agung hari ini saya
mengajak dan mengingatkan siapapun yang berfungsi serta berpartisipasi
dalam kepemimpinan Umat Allah untuk menghayati tugasnya dengan rendah
hati dan semangat melayani. Anda yang terpilih menjadi pemimpin maupun
yang berpartisipasi dalam kepemimpinan dianggap atau dinilai sebagai
yang terbaik dalam lingkungan Umat Allah, maka hendaknya senantiasa
berusaha melayani Umat Allah sebaik mungkin, sesuai dengan tuntutan,
situasi dan kondisi yang ada. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku
universal, maka cara hidup dan cara bertindak anda hendaknya juga
dinilai baik oleh masyarakat umum, dan dengan demikian hendaknya juga
mengutamakan kepentingan dan keselamatan masyarakat pada umumnya.
Salah satu cara, karena keterbatasan waktu dan tenaga, baiklah jika
senantiasa memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, karena
dengan demikian semua orang juga akan merasa terpaksa atau bahkan
kemudian berpartisipasi dalam pelayanan anda.

·   " Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena
itu kami tidak tawar hati.Tetapi kami menolak segala perbuatan
tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak
memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan
dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh
semua orang di hadapan Allah." (2Kor 4:1-2). Pelayanan yang dilakukan
oleh pemimpin beserta pembantu-pembantunya merupakan anugerah Allah,
'oleh kemurahan Allah', maka dalam pelayanan senantiasa menyatakan dan
menyebarluaskan kebenaran-kebenaran, serta tidak pernah berlaku licik
dan bohong. Untuk itu hendaknya senantiasa dalam pelayanan menimba
inspirasi dari firman Allah, dan secara kebetulan bulan September
adalah Bulan Kitab Suci Nasional, maka selayaknya penghayatan firman
Allah dalam pelayanan semakin diperdalam dan diperkembangkan. Biarlah
semua arahan, pernyataan atau nasihat sang pemimpin 'dipertimbangkan
oleh semua orang di hadapan Allah'. Sebagai umat Allah dalam
menanggapi dan mempertimbangkan apa yang dikatakan atau disampaikan
oleh sang pemimpin hendaknya 'di hadapan Allah', dengan kata lain
dalam suasana doa. Jangan hanya mengandalkan pikiran kita yang serba
terbatas, dan ketika ada yang kurang jelas dan sulit difahami
hendaknya dibawa dalam doa di hadapan Allah untuk mohon pencerahan
dari Allah. Marilah kita awali dan akhiri segala sesuatu yang harus
kita kerjakan dengan doa, agar semua yang kita kerjakan sungguh dalam
Allah, sesuai dengan kehendak Allah, sehingga menghasilkan buah yang
membahagiakan dan menyelamatkan semua orang. Ingatlah, sadari dan
hayati bahwa Allah senantiasa hadir dalam diri kita, di tengah-tengah
kita. Akhirnya kami mengajak dan mengingatkan kita semua Umat Allah:
marilah kita hayati bahwa kita adalah milik Allah, yang senantiasa
melaksanakan kehendak dan perintah Allah.

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung
batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan
nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab
TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala
allah." (Mzm 95:1-3)

Ign 3 September 2013