Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

2Spt

"Bukankah Ia ini anak Yusuf?"

(1Tes 4:13-17a; Luk 4:16-30)

" Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya
pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca
dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah
dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia
menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk;
dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu
Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini
sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan
mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata
mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" (Luk 4;16-22), demikian kutipan
Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Ketika saya telah menjadi imam/pastor pada suatu hari bertemu
dengan mantan-mantan guru SMP saya, dalam kesempatan memberi rekoleksi
kepada para guru katolik. Salah seorang dari guru saya menyapa saya
:"Slirane iku biyen kurangajar, lha kok saiki dadi pastor?"(=  "Anda
dulu kurangajar/nakal, tetapi sekarang jadi pastor?). Saya teringat
hal ini karena merenungkan bacaan hari ini dimana dikisahkan Yesus
pulang ke Nasareth, tempat Ia dibesarkan, dikagumi atau bahkan
dicurigai ketika tampil sebagai Pribadi yang baik, mempesona dan
menarik banyak  orang, serta menjadi keheranan atau kekaguman banyak
orang di tempat asalNya, Nasareth. Setiap dari kita tumbuh dan
berkembang sebagai pribadi, entah karena pembelajaran atau pergaulan
maupun karena rahmat Allah sesuai dengan karya penciptaanNya. Maka
dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mengakui
dan mengimani perkembangan dan pertumbuhan pribadi kita masing-masing,
bahwa setiap saat/hari masing-masing dari kita senantiasa berubah, dan
memang ada yang berubah menjadi baik dan jahat. Namun kami percaya
bahwa kebanyakan dari kita pada umumnya lebih berubah ke arah yang
baik daripada ke arah yang jahat. Terutama kami ingatkan para guru
atau orangtua untuk mengakui dan mengimani perkembangan dan
pertumbuhan kepribadian anak-anak atau peserta didiknya, dan
kemungkinan lebih baik, cerdas, pandai dan bijak daripada guru atau
orangtuanya. Hal itu dapat terjadi antara lain karena didikan atau
binaan yang dilakukan oleh orangtua atau para guru sendiri. Kita semua
juga diingatkan untuk saling menghargai keunggulan saudara-saudari
kita yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita. Demikian
juga kita diharapkan menghargai produk dalam negeri sendiri daripada
produk luar negeri.

·   "Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak
mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan
berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit,
maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.Ini kami katakan
kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal
sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang
telah meninggal" (1Tes 4:13-15). Kutipan ini mengingatkan dan mengajak
kita semua untuk menghargai warisan nilai nenek-moyang maupun sejarah.
Pada saat ini pelajaran sejarah di sekolah-sekolah kurang mendapat
perhatian, sehingga anak-anak atau generasi muda juga kurang
menghargai dan memperhatikan sejarah leluhur mereka, apalagi warisan
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan. Belum lama ini kebanyakan dari
anda mudik untuk bertemu dengan sanak-saudara dan kiranya juga ada
yang 'nyekar' atau berdoa  di makam-makam orangtua atau leluhur.
Semoga pengalaman tersebut terus diperkembangkan dan diperdalam dengan
menghargai sejarah maupun warisan-warisan nilai atau keutamaan dari
para leluhur. Memang pertama-tama masing-masing dari kita hendaknya
juga menghargai sejarah hidup kita masing-masing seraya mengenangkan
aneka macam anugerah Allah yang telah diterima. Ketika saya menghargai
dengan benar sejarah hidup kita sendiri, kiranya kita juga memiliki
dorongan dan kehendak untuk menghargai sejarah atau warisan nilai dan
keutamaan leluhur. Orang yang tidak menghargai sejarah akan hidup dan
bertindak sombong dan serakah, sebaliknya orang yang menghargai
sejarah akan hidup dan bertindak dengan syukur dan terima kasih serta
rendah hati.

"Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan
perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Sebab
TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala
allah. Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi TUHANlah
yang menjadikan langit" (Mzm 96:3-5)

Ign 2 September 2013