Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

17Spt

"Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita,"

(1Tim 3:1-13; Luk 7:11-17)

" Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain.
Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak
menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota,
ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya
yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda
itu.Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung
berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai
berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu
ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi
besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat
umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya" (Luk 7:11-17), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Robertus
Bellarminus, imam Yesuit dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Nabi adalah utusan Allah, pembawa dan pewarta kebenaran-kebenaran
bagi bangsa atau saudara-saudarinya. Maka nabi harus senantiasa hidup
bersama dan bersatu dengan Allah dalam situasi dan kondisi apapun.
Hidup bersama dan bersatu dengan Allah akan mampu menggairahkan mereka
yang lesu, menghidupkan dan menggerakkan yang putus asa, dan tentu
saja mencerdaskan mereka yang bodoh atau tidak cerdas, sehingga orang
yang bersangkutan akan dikenal dimana-mana, beritanya tersiarkan di
seluruh daerah sekitarnya. St.Robertus Bellarminus yang kita kenangkan
hari ini dikenal sebagai pribadi yang tekun dalam kesatuan dengan
Allah, antara lain dengan menjalani retret tahunan dan sering waktunya
diperpanjang. Ia juga menulis buku-buku tentang hal-hal rohani, yang
mencerminkan keakrabannya dengan Tuhan dalam doa. Maka dengan ini kami
mengajak anda sekalian, segenap umat beriman atau beragama, untuk
meningkatkan dan memperdalam doa-doa kita. Berdoa hemat saya
pertama-tama dan terutama dengan rendah hati membuka hati, jiwa dan
pikiran untuk mendengarkan sapaan dan sentuhan Allah melalui aneka
peristiwa maupun ciptaan-ciptaanNya. Maka dengan ini kami mengharapkan
anda sekalian untuk memberi pembinaan atau pendidikan doa bagi
anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga, sehingga kelak kemudian
hari anak-anak tumbuh berkembang menjadi pendoa yang handal atau
terampil menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala
sesuatu dalam Allah. Marilah kita ingat, sadari dan hayati bahwa Allah
berkarya terus-menerus kapan saja dan dimana saja, menyertai diri kita
terus menerus tanpa henti.

·   "Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik
jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." Karena itu penilik jemaat
haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat
menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar
orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan
hamba uang,seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati
oleh anak-anaknya.Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya
sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?" (1Tim 3:1-5) .
Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi
para pemuka Umat Allah atau pemuka agama, entah berkeluarga atau tidak
berkeluarga seperti para imam katolik. Keutamaan-keutamaan yang
mungkin baik dihayati pada masa kini adalah 'bukan pemarah melainkan
peramah, pendamai, bukan hamba uang". Pada masa kini rasanya cukup
banyak pemuka umat Allah atau agama menjadi 'hamba uang' alias
bersikap materialistis, sehingga arahan atau nasihat-nasihatnya tidak
bijak  lagi. Tugas pendamai pada masa kini juga mendesak dan up to
date, mengingat dan memperhatikan masih banyak ketegangan dan
permusuhan di sana-sini yang sering juga membawa korban kematian.
Tentu saja para pemuka Umat Allah atau agama sendiri senantiasa
berdamai satu dengan yang lain, meskpun ada perbedaan agama, usia dan
pengalaman. Kesaksian atau keteladanan pemuka atau tokoh agama dalam
hal hidup persaudaraan sejati atau persahabatan sejati alias dalam
damai terus-menerus sungguh penting. Semoga dialog antar umat beragama
yang ada sekarang ini tidak hanya bersifat formal atau liturgis
melulu, tetapi sungguh menjadi nyata atau terwujud dalam hidup
sehari-hari. Kotbah-kotbah para pemuka agama kami harapkan yang
bersifat membangun persaudaraan atau persahabatan sejati, dan jauhkan
aneka kotbah yang memotivasi ke permusuhan atau kebencian.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur
bagi-Mu, ya TUHAN. Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela:
Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan
hatiku di dalam rumahku.Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila;
perbuatan murtad aku benci" (Mzm 101:1-3b)

Ign 17 September 2013