Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

27Spt

"Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka"

(1Kor 1:26-31; Mat 9:35-38)

"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar
dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu,
tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka
lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya
kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:35-38), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Vincensius a Paulo, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   St.Vincensius yang kita kenangkan hari ini adalah seorang imam
yang sangat memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, dan
membaktikan diri sepenuhnya dalam pelayanan kepada mereka. Apa yang
telah dilakukan telah menjiwai para pengikutnya, antara lain dengan
mendirikan panti asuhan guna menampung dan mendidik mereka yang miskin
dan berkekurangan, terutama anak-anak dan generasi muda. St.Vincensius
kiranya meneladan Yesus, yang hatiNya tergerak oleh belas kasihan
kepada mereka yang terlantar. Maka dengan ini kami mengajak dan
mengingatkan segenap umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus
Kristus untuk meneladanNya. Di dalam lingkungan hidup dan kerja kita
kiranya ada orang-orang yang terlantar alias kurang memperoleh
perhatian dari saudara-saudarinya, entah mereka itu miskin dan
berkekurangan dalam hal harta benda atau uang atau mungkin karena
kepribadiannya kurang menarik dan mempesona bagi orang lain. Kami
percaya bahwa kita semua masih memiliki hati yang tahu akan belas
kasih, maka hendaknya apa yang ada di dalam hati kita jangan dibiarkan
saja dan kemudian padam, melainkan kobarkan dengan nyata dalam
memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup
dan kerja anda. Memang pada masa kini tidak banyak orang yang tahu
belas kasih serta mewujudkannya dalam tindakan atau perilaku, karena
sikap mental egoistis begitu merebak di sana-sini dalam kehidupan
sehari-hari. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin
dididik dan dibina dalam hal kepekaan social, perhatian terhadap
saudara-saudarinya. Bertindak social atau membantu orang lain,
terutama yang miskin dan berkekurangan hemat saya bukan hanya sekedar
kewajiban moral belaka, melainkan sungguh merupakan keharusan,
mengingat dan memperhatikan bahwa kita semua, masing-masing telah
menerima bantuan begitu banyak dari orang lain dalam bentuk apapun
yang kita butuhkan untuk hidup layak.

·   "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu
dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak
banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan
orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih
Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan
yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti,
dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada
seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1Kor:
26-29). Orang-orang yang dinilai bodoh dan kurang terhormat di
masyarakat belum tentu miskin dalam hal nilai-nilai dan
keutamaan-keutamaan hidup. Pada masa kini cukup banyak pelajar atau
mahasiwa mengadakan 'live in'  di desa-desa dan pegunungan untuk
mempelajari apa yang tak dapat atau tak mungkin mereka pelajari di
tempat mereka belajar. Saya pribadi setelah berkarya selama kurang
lebih 15 tahun di kota metropolitan Jakarta dan sekarang di Seminari
Menengah Mertoyudan-Magelang mereka memperoleh kesempatan emas untuk
menyegarkan nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan hidup yang telah
terlupakan selama berkarya di Jakarta. Saya memperoleh kesempatan
bergaul dan bercakap-cakap dengan orang-orang sederhana di pedesaan
dan pegunungan dalam kesempatan pelayanan Ekaristi. Nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan seperti gotong-royong, kepekaan social,
pengorbanan, rendah hati, lemah lembut dst.. saya temukan dalam
percakapan dengan mereka. Maka jangan pernah meremehkan orang yang
dipandang bodoh di masyarakat, miskin akan ilmu modern, tetapi kaya
akan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup manusia yang luar
biasa.

"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam
lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar
perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang
menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya
tetap untuk selamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib
dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang." (Mzm
111:1-4)

Ign 27 September 2013