Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

9Spt

"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat berbuat baik atau berbuat jahat"

(Kol 1:24-2:3; Luk 6:6-11)

" Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu
mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia
menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk
mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata
kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di
tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata
kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan
pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa
orang atau membinasakannya?" Sesudah itu Ia memandang keliling kepada
mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah
tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka
meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan
mereka lakukan terhadap Yesus." (Luk 6:6-11), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Hari Sabat adalah hari yang dikhususkan bagi Allah. Menurut
tradisi orang Yahudi dalam hari Sabat ada tiga hal yang harus ditaati,
yaitu: tidak boleh berjalan lebih dari 1000 meter, diadakan pembacaan
Taurat di dalam keluarga dan kesempatan hubungan seksual bagi
suami-isteri. Dalam Kitab Suci dikisahkan bahwa hari Sabat adalah hari
terakhir, dan enam  hari sebelumnya dikisahkan penciptaan langit dan
bumi seisinya, manusia diciptakan terakhir dan kemudian Allah
istirahat menciptakan. Allah berhenti menciptakan dan mendambakan
manusia melanjutkannya, maka tugas manusia tersebut antara lain bagi
suami-isteri mengadakan hubungan seksual dalam rangka berpartisipasi
dalam karya penciptaan Allah. Dengan kata lain merayakan hari Sabat
berarti berpartisipasi dalam karya pencitpaan alias berbudaya
kehidupan atau berbudaya kasih, dengan melakukan segala sesuatu yang
baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Sebagai umat
beriman kita semua dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya
penciptaan Allah, berbudaya kehidupan atau berbudaya kasih. Marilah
kita senantiasa melakukan segala sesuatu yang dapat menghidupkan dan
menggairahkan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan memang
hanya kasih yang dapat menghidupkan dan menggairahkan. Marilah kita
senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dimana pun dan kapan
pun. Kita wujudkan kasih kita dengan menolong mereka yang sakit, entah
sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Secara
khusus kami mengingatkan para suami dan isteri untuk senantiasa
berbudaya  kehidupan atau kasih dalam  hidup bersama di dalam
keluarga. Sabda hari ini kiranya juga mengajak dan memanggil kita
semua untuk memberantas atau menentang pengguguran kandungan atau
aborsi alias budaya kematian.

·   "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu,
dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan
Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan
jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk
meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia
yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi
yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya." (Kol 1:24-26).
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kiranya apa yang
dikatakan oleh Paulus kepada umat di Kolose di atas ini, selayaknya
juga menjadi pegangan atau pedoman hidup kita sehari-hari. Kita semua
diharapkan siap sedia untuk menderita atau berkorban bagi keselamatan
atau kebahagiaan orang lain. Kami percaya bahwa para orangtua memiliki
pengalaman mendalam dan handal dalam menderita bagi orang lain, yaitu
bekerja keras dan siap menderita bagi anak-anak yang dianugerahkan
oleh Allah kepada anda berdua. Maka kami berharap kepada para orangtua
untuk mewariskan nilai-nilai penderitaan dan pengorbanan yang telah
dihayati bagi anak-anaknya. Warisan nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan hidup tak akan mudah hilang atau pudar oleh aneka
gelombang kehidupan, sebaliknya warisan harta benda atau uang dalam
waktu sesaat dapat musnah atau sirna tak berbekas lagi. Kita semua
dapat mengenangkan para santo-santa atau pahlawan, yang namanya
senantiasa dikenangkan oleh banyak orang, karena pengorbanannya bagi
keselamatan atau kebahagiaan orang lain. Kiranya kita semua juga harus
bersyukur dan berterima kasih kepada para 'pahlawan tanpa tanda jasa',
para guru atau pendidik, yang dengan pengorbanan dan dedikasi penuh
mendidik kita semua, sehingga kita dapat tumbuh dan berkembang
sebagaimana adanya saat ini. Kita wujudkan syukur dan terima kasih
kita kepada para guru atau pendidik dengan memperhatikan kesejahteraan
mereka maupun keluarganya.

"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah
harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota
bentengku, aku tidak akan goyah.Percayalah kepada-Nya setiap waktu,
hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat
perlindungan kita"

(Mzm 62:6-7.9)

Ign 9 September 2013