Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

MgBXXIII

Mg Biasa XXIII: Keb 9:13-18; Flm 9b-10.12-17; Luk 14:25-33

"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya,
ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku."

Saat ini cukup banyak kasus orang tidak setia pada panggilan dan tugas
pengutusannya. Aneka peristiwa yang saya dengar antara lain: ada
pastor yang karena kelalaiannya atau kesambalewa-annya terjebak dalam
relasi dengan lawan jenis, entah janda atau gadis, bahkan sampai ada
yang hamil sehingga sang pastor mau tak mau harus mengawininya, ada
pasangan suami-isteri yang telah menikah kurang lebih 10 tahun dan
dianugerahi tiga anak bercerai, katanya merasa tidak cocok lagi atau
tak dapat saling mengasihi lagi, demikian juga ketidak-setiaan pada
pegawai atau pejabat, mahasiswa/i atau pelajar/murid juga
memprihatinkan. Mereka semua pada umumnya mengaku sebagai orang
beriman atau beragama, namun ternyata tidak menghayati iman atau
ajaran agamanya. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua
untuk mawas diri perihal kesetiaan iman, panggilan dan tugas
pengutusan kita, maka marilah kita renungkan dengan mendalam sabda
Yesus hari ini.

"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya,
ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku".(Luk 14:26)

Sabda Yesus di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua dalam hal
kesetiaan penghayatan janji dan panggilan kita masing-masing. "Setia
adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian
atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap
memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari
godaan-godaan yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit:
Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal
24-25). Maka perkenankan secara sederhana kami angkat aneka macam
janji yang telah kita ikhrarkan, semoga dapat membantu anda dalam
mawas diri:

1)                  Janji baptis. Ketika dibaptis kita berjanji, entah
secara langsung atau tidak langsung melalui wali baptis, bahwa 'hanya
mau mengabdi Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Godaan
setan yang dapat merongrong janji ini antara lain kemalasan,
kenikmatan dan cari enak sendiri. Kemalasan, kenikmatan dan cari enak
sendiri hemat saya saling terkait: pemalas pada umumnya hanya cari
yang enak sesuai selera pribadi dan nikmat. Lawan kemalasan adalah
rajin, maka dengan ini kami berharap anak-anak sedini mungkin di dalam
keluarga dididik dan dibina dalam hal kerajinan dalam melaksanakan
segala sesuatu, dan tentu saja dengan teladan konkret pada orangtua.
Hendaknya anda semua rajin melaksanakan kehendak dan perintah Allah,
antara lain dengan rajin melakukan apa yang baik. Ketika dimana pun
dan kapan pun kita senantiasa melakukan apa yang baik, maka tak akan
mudah tergoda untuk menuruti dan melakukan godaan setan.

2)                  Janji perkawinan. Pudarnya pandangan atau ajaran
benar tentang seksualitas telah membuat hidup berkeluarga terasa
hambar dan memiliki kecenderungan untuk bubar. Banyak orang memandang
dan menyikapi seksualitas sebagai kenikmatan jasmani atau daging alias
secara materialistis melulu, sehingga ketika relasi antar suami-isteri
tidak ada kenikmatan seks lagi cenderung untuk bubar. Relasi seksual
merupakan  buah dari relasi cintakasih, dimana antar suami dan isteri
berjanji untuk saling mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi
dan kekuatan/tubuh, baik dalam untung maupun malang, sehat maupun
sakit, sampai mati. Dengan kata lain kenikmatan seksual adalah kulit
dan bukan isi. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan para
suami dan isteri untuk lebih menghayati isi dan maksud saling
mengasihi, yaitu menanggapi panggilan Allah. Allah lah yang harus
diutamakan bukan kenikmatan seksual, kebahagiaan sejati antar
suami-isteri lah yang utama bukan kenikmatan seksual.

3)                  Kaul membiara. Berkaul sering disebut sebagai
'serah-setia'. Mereka yang terpanggil hidup membiara berkaul hidup
dalam keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. Ketika mengucapkan kaul
yang bersangkutan menyerahkan sepenuhnya kepemilikan dengan segala
kenikmatannya yang terkait dengan seks, harta benda dan keingingan
atau dambaan, kepada Allah melalui pembesar lembaga hidup bakti
terkait. Apa yang telah diserahkan tak dapat diambil seenaknya, dan
jika akan mengambil kembali harus minta izin dari Allah melalui
pembesar terkait, mengambil tanpa izin berarti mencuri, dan kiranya
masa kini cukup banyak bruder atau suster mencuri seenaknya. Kesetiaan
anda antara lain menjadi nyata dalam minta izin ketika mau mengambil
kembali apa yang telah diserahkan. Memang kedalaman atas apa yang
diserahkan juga akan menentukan kedalaman penghayatan kaul atau
serah-setia.

4)                  Janji imamat. Salah satu tugas dan panggilan imam
adalah sebagai penyalur berkat atau rahmat Allah bagi umat manusia dan
doa atau dambaan umat manusia kepada Allah. Cirikhas penyalur yang
baik adalah jujur dan disiplin. "Berdisiplin adalah kesadaran akan
sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata
tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara berkesinambungan
yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan",
sedangkan "jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong
dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui
kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi
Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –
Jakarta 1997, hal 10 dan 17). Kami berharap kepada rekan-rekan imam
untuk jujur dan disiplin dalam pelayanan kepada umat yang menjadi
tanggungjawabnya. Marilah siap sedia berkorban bagi umat, meneladan
Yesus yang rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan
kebahagiaan umat manusia.

"Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah, atau siapakah dapat
memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan? Pikiran segala makhluk yang
fana adalah hina, dan pertimbangan kami ini tidak tetap. Sebab jiwa
dibebani badan yang fana, dan kemah dari tanah memberatkan budi yang
banyak berpikir. Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan
susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan
telah menyelami apa yang ada di sorga? Siapa gerangan sampai mengenal
kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan,
dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus" (Keb 9:13-17)

  Kutipan ini kiranya baik untuk kita renungkan sebagai umat beriman
atau beragama. Kita dapat bertindak bijak atau benar dan baik dan
benar kiranya hanya mungkin karena Allah mengaugerahi kita. Maka
dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: hendaknya kita
jangan melupakan hidup doa, meditasi atau kontemplasi setiap hari,
guna mohon pencerahan dari Allah perihal apa yang harus kita lakukan
atau kerjakan. Selain berdoa kiranya kita juga dapat membaca dan
merenungkan aneka dokumen iman, misalnya Kitab Suci, Ajaran-ajaran
Gereja Katolik, aneka tata tertib atau aturan hidup bersama dst…

Mengingat dan memperhatikan bahwa kita masih dalam bulan Kitab Suci
Nasional, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk rajin dan
tekun membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci
setiap hari. Jika anda memiliki kesempatan berpartisipasi dalam
Perayaan Ekaristi harian kami harapkan sungguh mendengarkan dan
mencecap dalam-dalam pembacaan Kitab Suci pada perayaan tersebut, dan
jika tidak dapat berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi, baiklah
setiap hari meluangkan waktu dan tenaga untuk membaca dan merenungkan
apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Ingatlah, sadari dan hayati
bahwa Sabda atau Firman Allah merupakan salah satu Pembina iman kita
yang baik dan tangguh. Kehendak Allah dapat kita temukan di dalam
Kitab Suci yang telah diwariskan kepada kita.

"Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah,
hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti
hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di
waktu malam.Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi,
seperti rumput yang bertumbuh,di waktu pagi berkembang dan bertumbuh,
di waktu petang lisut dan layu" (Mzm 90:3-6)

Ign 8 September 2013