Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

1Okt

"Yesus memanggil seorang anak kecil"

(1Kor 12:31-13:13; Mat 18:1-5)

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan
barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Teresia, Kanak-kanak Yesus, perawan dan pujangga Gereja, hari ini
saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·    St.Teresa ini antara lain dikenal sebagai pribadi yang rendah
hati, dalam doa-doanya antara lain ia senantiasa memadahkan kata-kata
ini: "Tuhan, jadikanlah aku bola permainanMu; jika hendak Kautendang,
silahkan; jika hendak Kaubuang, silahkan; jika Engkau bosan dan Kau
simpan, silahkan, dst…". Isi doa tersebut sungguh mencerminkan
pribadinya yang rendah hati serta senantiasa taat kepada kehendak dan
perintah Tuhan dalam keadaan atau situasi macam apapun. Kerendahan
hati dan ketaatan hemat saya merupakan dua keutamaan yang tak dapat
dipisahkan, bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak
dapat dipisahkan, serta merupakan keutamaan dasar bagi umat beriman.
Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman
untuk senantiasa menghayati keutamaan rendah hati dan taat. Bukankah
beriman berarti 'mempersembahkan diri seutuhnya kepada
Tuhan/Penyelenggaraan Ilahi' yang berarti tidak hidup dan bertindak
seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi.
Salah satu dampak dari berkembangnya sarana-prasarana HP dan Internet,
antara lain adalah membuat orang bersikap mental egois, pengumpul dan
kurang peka terhadap kepentingan orang lain, apalagi rendah hati. Tak
henti-hentinya saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk
senantiasa mendidik dan membina anak-anaknya sedini mungkin dalam hal
rendah hati dan taat, dan tentu saja perlu keteladanan para orangtua
atau bapak-ibu sendiri. Wujud konkret rendah hati dan taat antara lain
adalah keterbukaan terhadap aneka kesempatan dan kemungkinan. Kiranya
kita semua perlu meneladan atau belajar dari anak-anak balita, yang
menurut hemat saya sungguh terbuka terhadap aneka kemungkinan dan
kesempatan, serta memiliki semangat/sikap mental belajar yang tinggi.

·   "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu.Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa
roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap" (1Kor 13:4-8). Orang yang
rendah hati dan taat pada umumnya juga akan hidup saling mengasihi
dimana pun dan kapan pun, maka marilah kita hayati ajakan atau ajaran
Paulus sebagaimana saya kutipkan di atas ini. Dari ajaran perihal
cintakasih di atas, hemat saya yang mendesak dan up to date untuk kita
hayati dan sebarluaskan masa kini adalah "tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain", mengingat dan memperhatikan banyak
orang masa kini begitu mudah marah serta menyimpan kesalahan orang
lain. Memang menyimpan kesalahan orang lain hemat saya merupakan modal
atau dasar untuk marah, maka pertama-tama kami harapkan agar kita
semua tidak dengan mudah menyimpan kesalahan atau kekurangan orang
lain. Wujud konkret dari marah yang paling lembut dan banyak dilakukan
orang adalah 'mengeluh atau menggerutu'. Jika ada sesuatu yang tidak
sesuai dengan selera atau keinginan pribadi, pada umumnya orang
mengeluh dan menggerutu. Orang yang biasa mengeluh dan menggerutu juga
berarti tak tahu terima kasih dan syukur, padahal jika kita berani
mawas diri dengan baik dan benar, kita semua akan menghayati diri
sebagai orang yang telah menerima kasih melimpah ruah, dan dengan
demikian pasti akan bersyukur dan berterima kasih dalam situasi dan
kondisi apapun.

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku
tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu
ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan
jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti
anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai
Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

Ign 1 Oktober 2013