Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

MgBXXVI

Mg Biasa XXVI: Am 6:1a.4-7;1Tim:6:11-16;Luk 16:19-31

"Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita"

Pada suatu hari Bapak Julius Kardinal Damaatmaja SJ bertemu dengan Gus
Dur (alm.) dalam rangka saling mempererat persaudaraan sejati antar
umat beragama/beriman. Kita kenal bahwa Gus Dur suka banyolan dalam
berbicara, dan ketika bercakap-cakap dengan Bapak Kardinal antara lain
Gus Dur berkata :"Wah, bapak Kardinal nanti kalau dipanggil Tuhan dan
naik ke sorga lebih enak daripada saya". "Lho mengapa demikian Gus?",
pertanyaan bapak Kardinal. "Bapak Kardinal, selama di dunia ini bapak
Kardinal khan tidak boleh menikah serta menikmati aneka macam
kenikmatan relasi suami-isteri, sehingga di sorga nanti diperkenankan
menikmati perempuan-perempuan cantik seenaknya. Sedangkan saya di
dunia ini tidak boleh makan daging babi, sehingga di sorga nanti boleh
makan daging babi sepuas-puasnya dan sebanyak-banyaknya. Apa yang
sudah kita nikmati di dunia ini di sorga nanti tidak boleh dinikmati
lagi, sedangkan apa yang belum kita nikmati di dunia ini di sorga
nanti boleh menikmati sebanyak-banyaknya dan sepuas-puasnya". Saya
ingat ceritera tersebut setelah merenungkan Warta Gembira hari ini.
Hemat saya banyolan di atas berisi pesan mendalam perihal hidup moral
secara sederhana, yaitu 'boleh dan tidak boleh, sudah dan belum'. Maka
marilah kita renungkan sabda hari ini.

"Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita" (Luk 16:25)

Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan dialog antara orang kaya raya
yang telah dipanggil Tuhan dengan bapa Abraham, bapa umat beriman.
Orang kaya raya yang selama hidupnya berfoya-foya menikmati segala
kekayaannya dan aneka kenikmatan di dunia ini setelah dipanggil Tuhan
harus masuk ke neraka ke dalam api yang membara, sementara itu
Lazarus, orang miskin dan menderita  serba kekurangan di dunia,
setelah meninggal dunia menikmati hidup bahagia selamanya di sorga
bersama bapa Abraham dan Allah. Menanggapi keluh kesah penderitaan
orang kaya yang ada di neraka, bapa Abraham menjawab: " Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita".

 Apa yang telah dan sedang kita lakukan dan nikmati selama hidup di
dunia ini sampai kini? Hemat saya anda sendiri masing-masing yang
mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan benar, karena ada
kemungkinan tindakan atau kenikmatan yang ada dilakukan sendirian di
tempat sepi dan tertutup. Pada umumnya di hadapan umum orang melakukan
apa yang baik agar dipuji dan dikagumi oleh banyak orang, sementara
itu ketika sendirian di tempat sepi atau tertutup berbuat seenaknya:
menikmati apa saja sesuai dengan selera pribadi atau dorongan nafsu
pribadi. Kami berharap dimana pun dan kapan pun, entah sendirian atau
bersama-sama, senantiasa melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur.

Sebagai orang beriman atau beragama hendaknya kita senantiasa setia
melaksanakan perintah atau sabda Tuhan, dan hemat saya semua sabdaNya
atau kehendakNya dapat dipadatkan ke dalam perintah untuk saling
mengasihi, sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita. Kita semua
diciptakan dan dibesarkan dalam dan oleh cintakasih, dan tanpa
cintakasih tak mungkin kita hidup sebagaimana adanya pada saat ini.
Mengasihi atau mencintai memang perlu disertai dengan perjuangan dan
pengorbanan diri, saling memberi dan menerima. Hemat saya pada masa
kini yang cukup sulit adalah dikasihi, yang berarti senantiasa siap
sedia untuk dinasihati, diperintah, dituntun, diejek atau dilecehkan
dst.. Sebenarnya jika masing-masing kita berani mawas diri secara
benar dan jujur pasti akan menyadari dan menghayati bahwa kita semua
telah menerima kasih secara melimpah ruang, dan memang senantiasa siap
sedia untuk dikasihi, yaitu ketika kita masih dalam usia balita.

Berjuang dan berkorban demi orang lain hemat saya perlu dididik dan
dibiasakan pada anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga, maka
anak-anak hendaknya jangan dimanjakan, melainkan didiklah untuk
berjuang dan berkorban sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan
usianya. Di dalam keluarga, misalnya, ketika anak-anak dapat menyapu
hendaknya diberi tugas menyapu setiap hari atau mengurus dan mengelola
tempat tidurnya sendiri beserta perabotan lainnya yang mereka pakai.
Ketika selama di dunia ini kita senantiasa berjuang dan berkorban demi
keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain/saudara-saudari
kita, maka kelak ketika meninggal dunia dan berada di sorga kita dapat
hidup seenaknya sesuai dengan selera atau keinginan pribadi kita
masing-masing.

"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup
yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau
ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. Di hadapan Allah yang
memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus
yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius
Pilatus, kuserukan kepadamu: Turutilah perintah ini, dengan tidak
bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa
yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan
Tuan di atas segala tuan." (1Tim 6:12-15)

Kutipan di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua, umat
beriman, untuk "bertanding dalam pertandingan iman yang benar dan
merebut hidup yang kekal", dengan kata lain kita dipanggil untuk
senantiasa memperdalam dan memperkembangkan iman kita, meneladan iman
bapa Abraham. Salah satu cara untuk itu antara lain senantiasa
'menuruti dan melaksanakan perintah dengan tidak bercacat dan tidak
bercela', dan tentu saja perintah yang baik, yang menyelamatkan jiwa
manusia. Aneka perintah yang tersirat dalam aneka tatanan atau aturan
hidup bersama hemat saya baik adanya, menuntun siapapun yang
berkehendak baik menuju ke keselamatan jiwa manusia.

Pertama-tama dan terutama marilah kita taati dan laksanakan atau
hayati perintah atau nasihat orangtua kita masing-masing maupun para
guru/pendidik di sekolah-sekolah. Jika kita setia mentaati dan
melaksanakan aneka perintah dan nasihat dari orangtua di rumah dan
guru/pendidik di sekolah, maka hemat saya kita dengan mudah akan
mentaati dan melaksanakan tatanan atau aturan lain, entah dalam hidup
beragama maupun hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita
semua hendaknya jujur dan disiplin dalam mentaati dan melaksanakan
aneka tatanan dan aturan, dan secara konkret berarti tidak melakukan
tindak korupsi sekecil apapun atau dalam bentuk apapun.

"Janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu
mengantuk;lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan,
seperti burung dari pada tangan pemikat.Hai pemalas, pergilah kepada
semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:biarpun tidak ada
pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya" (Am 6:4-7). Kutipan ini
kiranya baik untuk direnungkan atau direfleksikan bagi para pemalas,
merupakan peringatan pagi para pemalas untuk bertobat. Mungkin para
pemalas tidak sempat membaca tulisan ini, maka kepada anda sekalian
kami ajak untuk menyampaikan pesan ini kepada para pemalas di
lingkungan hidup atau kerja anda. Ingatlah dan sadari bahwa malas
merupakan 'tempat istiirahat setan/roh jahat', yang kemudian tentu
akan mendorong orang yang bersangkutan untuk melakukan kejahatan. Kami
berharap anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina
dalam hal kerajinan: rajin belajar, rajin berkorban dan berjuang demi
kesejahteraan hidup bersama.

"Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di
tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan
Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala
terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah
menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya. Mereka akan
datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan
berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak,
karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi"

 (Yer 31:10-12b)

Ign 29 September 2013