Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

14Spt

"Setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal."

(Flp 2:6-11; Yoh 3:13-17)

"Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia
yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus
ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup
yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi
dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Yoh
3:13-17),demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Salib
Suci hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   "Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus", demikian kata-kata
yang kita ungkapkan seraya menepuk dahi/otak, dada/hati/jantung dan
bahu/tenaga, setiap kali kita membuat tanda salib. Orang yang percaya
kepada Yesus Kristus pada umumnya ketika mendengar ajakan untuk
membuat tanda salib akan terdiam seribu bahasa, sebagai tanda bahwa
dirinya mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, meneladan Yesus
yang mempersembahkan Diri di kayu salib. Salib bagi orang yang percaya
memang merupakan jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati, maka
marilah kita mawas diri sejauh mana kita yang percaya kepada Yesus
Kristus senantiasa rela dan suka hati berkorban bagi keselamatan dan
kebahagiaan diri sendiri maupun orang lain. Membuat tanda salib dengan
menepuk dahi, dada dan bahu berarti memiliki budaya Yang Tersalib:
melihat, merasakan, memikirkan dan menyikapi serta bertindak sesuai
atau meneladan Yang Tersalib, yaitu senantiasa berusaha menyelamatkan
dan membahagiakan orang lain dengan pengorbanan dan perjuangan. Kita
semua kiranya mendambakan hidup kekal berbahagia selamanya di sorga
setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, maka marilah kita
senantiasa berusaha hidup suci dengan mempersembahkan diri sepenuhnya
kepada Allah melalui pelayanan kepada saudara-saudari kita. Marilah
kita saling melayani dan menyucikan diri, dan ketika ada saudara kita
yang melupakan usaha hidup suci hendaknya segera diingatkan. Dalam
perjalanan hidup mungkin kita sering merasa berat dan lelah, letih
lesu, maka ketika mengalami yang demikian itu 'tataplah/pandanglah'
Yang Tersalib, karena dengan demikian anda pasti akan digairahkan
kembali.

·   "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Flp
2:5-8). Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk hidup dan
bertindak dengan rendah hati, "mengosongkan diri sendiri dan mengambil
rupa seorang hamba" alias senantiasa berusaha melayani orang lain.
Hendaknya jauhkan diri kita dari aneka bentuk kesombongan dalam cara
hidup dan cara bertindak kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa
segala sesuatu yang kita miliki, nikmati dan kuasai sampai saat ini
merupakan anugerah Allah, maka tak ada alasan sedikitpun bagi kita
untuk hidup sombong. Kami berharap kepada para pimimpin atau siapapun
yang berpengaruh dalam hidup bersama senantiasa hidup dan bertindak
dengan rendah hati. Anda sebagai pemimpin kami harap senantiasa
bekerja keras dan berjuang untuk membahagiakan dan menyelamatkan yang
ada pimpin, dan jangan cari enak sendiri. Hayati kepemimpinan anda
secara partisipatif, yaitu dengan rendah hati mendengarkan suka duka,
dambaan dan harapan dari yang ada pimpin serta kemudian ditanggapi
secara positif sesuai dengan kesempatan dan kemungkinan yang ada.
Untuk itu hendaknya anda senantiasa 'turun ke bawah', mendatangi
seoptimal mungkin mereka yang harus anda layani. Hendaknya meneladan
pemimpin-pemimpin yang demikian itu, misalnya Jokowi, gubernur DKI,
saat ini. Sedangkan para pemimpin Gereja Katolik kami ajak meneladan
Paus kita, Bapa Suci Fransiskus, yang berusaha dengan rendah hati
melayani Umat Allah.

"Apabila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia, mereka berbalik
dan mengingini Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu
mereka, dan bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka. Tetapi
mereka memperdaya Dia dengan mulut mereka, dan dengan lidahnya mereka
membohongi Dia. Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak
setia pada perjanjian-Nya"

 (Mzm 78:34-37)

Ign 14 September 2013