Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

18Spt

"Hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."

(1Tim 3: 14-16; Luk 7:31-35)

" Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari
angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama
anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup
seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung
duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia
tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia
kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan
kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat
pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua
orang yang menerimanya." (Luk 7:31-35),demikian kutipan Warta Gembira
hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Dalam pegaulan sehari-hari atau pembicaraan bersama sering ada
orang tanpa mendengarkan dengan baik langsung memberi komentar, dan
yang bersangkutan pada umumnya juga suka memberi kritik atau
mengomentari apapun dengan kata-kata sesuai dengan selera pribadinya.
Dengan kata lain rasanya orang yang demikian itu memiliki  hati yang
keras, dan menilai dirinya sendiri yang paling tahu segala sesuatu
serta dengan mudah melecehkan atau merendahkan yang lain. Orang yang
demikian itu pada umumnya juga kurang disenangi atau dicintai
sesamanya, dan jika yang bersangkutan berkuasa maka kebijakannya pasti
tidak bijak atau ngawur. Sabda hari ini mengingatkan kita semua agar
tidak dengan mudah mengomentari atau menilai orang lain, sebelum
mendengarkan dan merenungkan apa yang didengarkan. Kita semua kiranya
mendambakan berhikmat artinya apa yang kita lakukan maupun katakan
sungguh bernilai dan fungsional menyelamatkan dan membahagiakan
kehidupan bersama. Kita masih berada di bulan Kitab Suci Nasional, dan
kami percaya kebanyakan dari anda berpartisipasi dalam pendalaman iman
atau Kitab Suci, maka kami berharap kepada anda sekalian untuk dengan
rendah hati dan sabar serta tekun mendengarkan sharing iman
rekan-rekan maupun pembacaan Kitab Suci yang sedang berlangsung.
Dengan kata lain kami berharap kepada kita semua untuk memperdalam dan
mengembangkan keutamaan 'belajar' sehingga kita menjadi manusia
pembelajar yang handal. Hayatilah hidup, tugas dan pekerjaan anda
sebagai kesempatan untuk belajar terus-menerus sampai mati. Jika anda
menjadi manusia pembelajar maka anda tak akan mudah menjadi pikun
meskipun sudah lansia.

·   "Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat
mengunjungi engkau. Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu
bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari
Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. Dan sesungguhnya
agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya
dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya
kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam
kemuliaan." (1Tim 3:14-16). Sebagai orang beriman atau beragama
kiranya kita tahu "bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga
Allah", maka kami berharap apa yang kita ketahui juga dihayati atau
dilakasanakan dalam hidup sehari-hari. Marilah kita bangun
bersama-sama 'keluarga Allah' di dunia ini, dan kiranya pertama-tama
dan terutama hendaknya keluarga atau komunitas kita sungguh menjadi
'keluarga/ komunitas Allah', Allah lah yang mengumpulkan dan
menyatukan kebersamaan hidup kita sebagai keluarga atau komunitas,
maka masing-masing anggota keluarga atau komunitas hendaknya
senantiasa bersatu dan bersama dengan Allah, hidup dan bertindak
sesuai dengan perintah atau kehendak Allah. Ingatlah, sadari dan
hayati bahwa tanpa Allah kita tak mungkin dapat hidup sebagaimana
adanya pada saat ini. Pendampingan Allah menjadi nyata dalam aneka
bentuk perhatian dan dukungan atau topangan saudara-saudari kita dalam
hidup sehari-hari. Karena persatuan dalam keluarga maupun komunitas
diikat oleh Allah, maka kami berharap tidak ada perceraian antar
suami-isteri atau percekcokan dan permusuhan dalam komunitas. Hidup
bersama dalam komunitas maupun keluarga yang penuh persaudaraan dan
persahabatan sejati pada dirinya sendiri bersifat missioner, bernilai
perutusan dan dengan demikian banyak orang terpikat dan tertarik untuk
 mendekat dan bersahabat. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,
demikian kata pepatah yang selayaknya kita hayati.

"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam
lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar
perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang
menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya
tetap untuk selamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib
dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang." (Mzm
111:1-4)

Ign 18 September 2013