Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

19Spt

"Imanmu telah menyelamatkan engkau pergilah dengan selamat!"

(1Tim 4:12-16; Luk 7:36-50)

"Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus
datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada
seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika
perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang
Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak
wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat
kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan
menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan
meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang
mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia
ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang
menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang
berdosa."… Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah
diampuni." Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam
hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?"
Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan
engkau, pergilah dengan selamat!" (Luk 7: 36-39.48-50), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kesadaran dan penghayatan beriman identik dengan kesadaran dan
penghayatan hidup beriman, dengan kata lain semakin beriman dan
semakin suci hidupnya berarti semakin menyadari dan menghayati diri
sebagai pendosa. Ingat dan renungkan serta cecap dalam-dalam ketika
uskup mendoakan Doa Syukur Agung senantiasa menyatakan diri sebagai
hamba yang hina-dina alias pendosa besar. Semakin tinggi jabatan dan
kedudukan didalam Gereja berarti diharapkan semakin rendah hati, tidak
sombong. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat
beriman untuk senantiasa hidup dengan rendah hati, menyadari dan
menghayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai
saat ini merupakan kasih karunia Allah yang kita terima melalui sekian
banyak orang yang telah memperhatikan kita dengan dan melalui aneka
cara dan bentuk. Bukankah ada pepatah "bulir padi semakin berisi
semakin menunduk batangnya", demikian juga semakin orang
pandai/bergelar doctor atau professor semakin menyadari dan menghayati
kebodohan dan keterbatasan dirinya. Kami berharap mereka yang semakin
kaya akan harta benda maupun uang juga semakin rendah hati cara hidup
dan cara bertindaknya. Dengan kata lain kami harapkan juga semakin
social, siap sedia membagikan kekayaan dan harta bendanya kepada
mereka yang membutuhkan, yang miskin dan berkekurangan. Marilah kita
saling melayani dan membantu, sehingga kehidupan bersama kita dimana
pun dan kapan pun senantiasa nikmat dan enak adanya, mempesona dan
memikat bagi orang lain.

·   "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab
Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam
mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu
oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.
Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu
nyata kepada semua orang" (1Tim 4;12-15). Kita semua diharapkan
menjadi teladan dalam penghayatan iman dalam cara hidup dan cara
bertindak kita setiap hari, hidup dengan rendah hati dan tidak
sombong. Untuk itu kita juga diingatkan untuk rajin dan tekun membaca
Kitab Suci, guna menimba kekuatan atau rahmat dari Allah, sehingga
kita juga semakin dibantu untuk hidup dengan rendah hati dan lemah
lembut. Marilah kita saling membangun dan mengajar, dengan kata lain
masing-masing dari kita hendaknya senantiasa siap sedia untuk dibangun
dan diajar, mengingat bahwa diri kita bagaimanapun juga masih
kurang-ajar. Kita fungsikan aneka macam kasih karunia Allah untuk
saling membangun dan mengajar, dengan kata lain mereka yang memiliki
keterampilan atau kecakapan tertentu hendaknya disumbangkan atau
dibagikan kepada saudara-saudarinya, tanpa pandang bulu. Kami harapkan
sekali lagi agar anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dibina dan
dididik dalam hal kepekaan kepada orang lain alias kepekaan social,
tidak egois. Marilah sebagai warganegara Indonesia kita hayati
beramai-ramai sila Keadilan Sosial, sehingga seluruh warga atau bangsa
Indonesia hidup makmur dan damai sejahtera sebagaimana dicita-citakan
oleh para pendiri bangsa ini, tokoh bangsa yang dengan pengorbanan dan
perjuangan serta kerja memperjuangkan kemerdekaan Negara kita.

"Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya
teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran
dan kejujuran. Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya,
diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya;
nama-Nya kudus dan dahsyat. Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN,
semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian
kepada-Nya tetap untuk selamanya" (Mzm 111:7-10)

Ign 19 September 2013