Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 29 Oktober 2013

MgBXXVII

Mg Biasa XXVII: Hab 1:2-3;2:2-4; 2Tim 1:6-8.13-16; Luk 17:5-10

"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu
dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."

"Orang yang benar-benar percaya, berusaha untuk mengenal lebih baik
dia, kepada siapa ia telah memberikan kepercayaannya, dan untuk
mengerti lebih baik apa yang telah dinyatakannya. Pengertian yang
lebih dalam pada gilirannya akan membangkitkan iman yang lebih kuat;
iman yang semakin dijiwai oleh cinta" (Katekismus Gereja Katolik no
158). Ada tiga keutamaan utama yang saling terkait, yaitu 'iman,
harapan dan cintakasih', dapat dibedakan namun hemat saya tak dapat
dipisahkan. Orang mengaku beriman hendaknya juga hidup penuh
pengharapan dan cintakasih. Cintakasih pertama-tama harus dilakukan
atau dihayati dan tentu saja dijiwai oleh harapan dan iman, sehingga
tindakan atau perbuatannya akan lebih tangguh dan handal, memiliki
kekuatan yang luar biasa, sebagaimana disabdakan oleh Yesus hari ini.
Maka marilah kita renungkan atau refleksikan secara mendalam sabda
Yesus hari ini serta kemudian kita hayati dalam cara hidup dan cara
bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu
dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu"(Luk 17:6)

Beriman berarti mengarahkan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada
Allah: hati, jiwa, akal budi dan anggota tubuh terarahkan kepada
Allah. Memang kedalaman atau kehandalan iman berbeda satu sama di
antara kita semua umat beriman, namun sekecil apapun iman kita akan
sangat potensial memberdayakan cara hidup dan cara bertindak kita.
Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa memiliki iman mendalam dan
handal tidak ada ketakutan sedikitpun.  Sebagai contoh ketika saya
bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang, sebagai
penanggungjawab keuangan atau pendanaan harus mengusahakan dana
sebesar ¾ (tiga perempat) milyard atau Rp.750.000.000,- (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah) pada tahun 1988 guna membeaya kunjungan Paus
Yohanes Paulus II. Dana tersebut harus tersedia dalam waktu kurang
lebih 5(lima) bulan. Saat ini saya percaya bahwa seluruh umat wilayah
Keuskupan Agung Semarang sungguh beriman serta siap sedia mendukung
beaya tersebut; dan memang pada waktunya dana tersedia dan bahkan
tersisa juga.

Iman kita yang kecil sangat berguna untuk percaya kepada
saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu, dan dengan percaya kepada
saudara-saudari kita  selanjutnya kita semakin dikuatkan dan
diberdayakan, sehingga tidak takut menghadapi tugas, pekerjaan dan
perutusan yang begitu besar dan berat. Mulailah dengan pikiran anda,
yaitu setiap kali harus menghadapi tugas pekerjaan besar dan berat
berpikirlah bahwa anda pasti akan mampu mengerjakannya dan selesai
pada waktunya. Jika otak sadar atau pikiran kita berkata secara
positif yang demikian itu, maka otak bawah sadar kita yang tersebar di
semua anggota tubuh kita akan mendukungnya dengan mewujudkannya alias
kita pasti akan bekerja keras tanpa kenal lelah sehingga berhasil pada
waktunya.

Otak bawah sadar kita senantiasa mentaati sepenuhnya segala perintah
atau keinginan otak sadar kita. Atau baiklah jika anda senantiasa
berkata sebagaimana menjadi motto Bapak Andrie Wongso, promotor
Indonesia : "My life is success, success is my life" (=Hidup saya
adalah sukses, sukses adalah hidup saya). Didiklah dan binalah
anak-anak anda untuk bersikap mental yang demikian itu dan tentu saja
dengan teladan konkret dari orangtua/bapak-ibu. Bapak-ibu atau
orangtua kiranya memiliki pengalaman mendalam dalam hati itu, yaitu
ketika anda berdua saling mempersembahkan diri sepenuhnya dalam
hubungan seksual, yang disertai keimanan bahwa Allah pasti akan
mengabulkan dambaan anda berdua, yaitu kelahiran seorang anak sebagai
buah kasih anda berdua. Semoga pengalaman anda berdua tersebut juga
menjadi nyata atau dihayati dalam kehidupan lainnya.

Kepada para peserta didik atau pelajar dan mahasiswa-mahasiswi kami
ajak dan ingatkan untuk menghayati tugas belajar dengan dan dalam iman
yang mendalam, sehingga anda sukses dalam tugas belajar. Dengan kata
lain usahakan minimal sehari belajar selama 8 (delapan) jam, yang
berarti ketika anda di kelas belajar bersama guru selama 6 (enam) jam,
maka di rumah belajar sendiri atau bersama teman lain selama 2 (dua)
jam; memperdalam pelajaran yang baru saja diterima atau mempersiapkan
pelajaran yang hari esok mau diajarkan.

"Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang
ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah
kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia
Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan
iman dan kasih dalam Kristus Yesus" (1Tim 1:13-14)

Sharing Paulus kepada Timotius ini kiranya baik menjadi permenungan
atau refleksi kita. Kiranya jika kita mawas diri dengan benar dan baik
pasti akan menyadari dan mengakui bahwa ketika masa remaja kita adalah
orang-orang yang nakal dan kurang ajar, atau bahkan suka mengganggu
orang lain sehingga mereka marah. Namun karena didikan dan
pendampingan baik dari orangtua maupun para guru di sekolah-sekolah
kita tumbuh berkembang menjadi baik sebagaimana adanya pada saat ini.
Maaf saya sendiri termasuk anak nakal dan kurang ajar ketika sedang
belajar di tingkat sekolah dasar dan menengah. Anak jika tidak nakal
dan kurang ajar rasanya tidak normal, dengan kata lain anak atau
remaja itu nakal dan kurang ajar menurut hemat saya wajar saja, tetapi
kalau orangtua nakal dan kurang ajar itulah yang tidak wajar.

Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua orang-orang
dewasa yang telah sukses dalam panggilan maupun tugas pekerjaan untuk
senantiasa hidup penuh syukur dan terima kasih, karena kasih karunia
Allah yang telah dilimpahkan kepada kita secara  melimpah ruah melalui
sekian banyak orang yang telah memperhatikan, mendidik, membina dan
mengasihi kita dengan aneka bentuk dan cara. Syukur dan terima kasih
kita hendaknya diwujudkan dengan memberi perhatian kepada anak-anak
dan generasi muda/remaja alias dengan pengorbanan dan kerelaan hati
siap sedia mendidik dan membina anak-anak dan remaja, syukur rela
menjadi guru atau pendidik. Masa kini hemat saya sungguh membutuhkan
pendidik, guru, formator/pembina bagi anak-anak dan generasi muda.

Memang tugas pekerjaan sebagai pendidik, guru atau formator tidak
mudah, sarat dengan tantangan dan masalah, dan mungkin minim akan
hiburan sesaat. Kebahagiaan dan hiburan sejati tidak lain adalah
ketika mereka yang dididik dan dibina tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang dewasa, cerdas beriman. Dalam kegembiraan macam itu
kiranya kita dapat bersyukur dan berbagi pengalaman seperti Paulus:
"Kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya
kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus" . Jika anda tidak
tergerak menjadi pendidik, guru atau formator, dengan rendah hati kami
mohon kepada anda untuk membantu pelayanan pendidikan atau pembinaan
anak-anak dan generasi muda dengan dana atau harta benda . Ada baiknya
jika anda juga mendukung dan membantu pendidikan calon imam di
seminari-seminari atau pembinaan di pesantren-pesantren dst..

"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN
yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat
gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini,
sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti
di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,pada waktu nenek
moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat
perbuatan-Ku" (Mzm 95: 6-9).

Ign 6 Oktober 2013