Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 25 Januari 2012

26 Jan


"Tuhan mengutus mereka berdua-dua mendahuliNya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya"

(2Tim 1:1-8; Luk 10:1-9)

"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Timotius dan St.Titus, uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Timoteus dan Titus adalah teman/sahabat dan pembantu Paulus dalam mewartakan Kabar Baik, dan kemudian dua sahabat ini diserahi tugas untuk menggembalakan umat Allah, orang-orang yang telah menerima pewartaan Kabar Baik serta dibaptis, alias mereka menjadi uskup. Hal ini kiranya yang menjadi inspirasi bagi para Gembala Gereja Katolik masa kini untuk menghayati kolegialitas dalam tugas penggembalaan, misalnya di Indonesia para Gembala/uskup tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Kolegialitas atau kebersamaan dalam mengemban tugas pengutusan atau menghayati panggilan itulah yang diharapkan juga dihayati oleh siapapun yang berpartisipasi dalam penggembalaan umat Allah: para uskup, para pastor paroki, rektor, ketua stasi, ketua lingkungan dst..  Kolegialitas atau kebersamaan dalam tugas dan pengutusan ini penting sekali, mengingat dan memperhatikan godaan, masalah dan tantangan ada di mana-mana dan cukup besar, maka jika dihadapi bersama-sama kiranya kita akan mampu mengatasi godaan, masalah dan tantangan dalam rangka mewartakan Kabar Baik. Kebersamaan hidup bersama dalam komunitas atau paguyuban umat Allah/ beriman pada dirinya sudah merupakan Kabar Baik atau bersifat missioner. Siapapun yang melihat hidup bersama yang rukun, penuh dengan perdamaian dan persahabatan sejati pasti akan tergerak dan terpesona serta tertarik untuk menggabungkan diri. Kebersamaan atau persaudaraan merupakan salah satu bentuk 'pre-evangelisasi' atau jalan masuk yang mulus bagi kedatangan Tuhan, Yang Ilahi. 

·   "Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah" (2Tim 1:6-8). Peringatan Paulus kepada Timoteus ini kiranya juga terarah kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk "mengobarkan karunia Allah yang ada pada kamu". Jika kita berani dan dengan jujur mawas diri kiranya kita akan mengakui dan menghayati bahwa kita telah menerima kasih karunia Allah secara melimpah ruah. Sebagai tanda bahwa kita sungguh mengobarkan kasih karunia Allah adalah 'membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban'. Cara hidup dan cara bertindak orang yang telah menerima kasih karunia Allah serta mengobarkannya dalam hidup sehari-hari senantiasa membuat orang semakin kuat dalam iman, semakin kuat membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin hidup saling mengasihi satu sama lain serta semakin tertib dalam hidupnya. Tertib dalam cara hidup dan cara bertindak pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak dan kurang tertib dalam cara hidup dan cara bertindaknya serta hanya mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri tanpa aturan dan tata tertib. Jika semua orang hidup dan bertindak tertib alias menghayati aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya, maka hidup bersama akan sungguh menarik, memikat dan mempesona, tidak ada permusuhan, iri hati, tawuran dan kebencian.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya" (Mzm 96:1-3.7-8a)

Ign 26 Januari 2012


Selasa, 24 Januari 2012

25 Jan


"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk."

(Kis 22:5-16; Mrk 16:15-18)

" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pertobatan St.Paulus, rasul agung, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setiap mengenangkan pertobatan St.Paulus saya senantiasa teringat akan ceritera perihal Sejarah Serikat Yesus, yang saya terima ketika masih di Novisiat Serikat Yesus di Girisonta, Ungaran. Konon Serikat Yesus yang baru berdiri, dimana anggota-anggotanya tersebar dan kurang tinggal bersama maupun doa bersama ditegor oleh pejabat Vatikan/Kepausan:"Bagaimana para Yesuit itu, katanya menyatakan diri sebagai religious atau hidup membiara, lha kok jarang berdoa bersama dan bahkan para anggotanya pergi terus?". Sekretaris Serikat Yesus pun menjawab:"Ya kami mengikuti jejak St.Paulus, yang berkeliling dunia untuk mewartakan Injil/Kabar Baik". St.Paulus memang berkeliling dunia dan menghayati sabda Yesus "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahhluk". Sabda ini tidak hanya bagi Paulus, tetapi juga bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua mengakui bahwa kita setiap hari juga bepergian, artinya keluar dari rumah atau tempat tinggal untuk melaksanakan tugas pengutusan atau kewajiban. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: hendaknya bepergian ke manapun dan sedang melakukan tugas apapun kita senantiasa juga mewartakan Injil atau Kabar Baik. Dengan kata lain semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun senantiasa tersiarkan atau terberitakan apa-apa yang baik dalam diri kita, karena kita senantiasa melakukan apa yang baik, semua tugas dan kewajiban dapat kita lakukan dan selesaikan dengan baik. Jika kita semua melakukan apa yang baik, maka akan terjadilah kesatuan dan persaudaraan sejati di antara kita; doa-doa kita di Pekan Doa bagi Kesatuan Umat Kristen terkabul.

·   "Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kis 22:16), demikian kutipan dari kotbah Paulus. Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga mau tak mau harus melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Seruan Paulus tersebut terutama diarahkan kepada mereka yang ragu-ragu atau kurang atau  tidak mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan alias kurang atau tidak beriman. Kepada mereka diajak dan dipanggil untuk bertobat, memperbaharui  diri: yang terbiasa melakukan dosa hendaknya segera meninggalkannya, yang kurang disiplin hendaknya segera mendisiplinkan diri, yang tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusan hendaknya segera berusaha untuk setia dst… Selanjutnya hendaknya kita senantiasa "berseru kepada nama Tuhan", artinya mengawali dan mengakhiri aneka tugas dan pekerjaan dengan berdoa. Bagi umat Katolik mungkin hanya diawali dengan membuat tanda salib kiranya sudah cukup, asal kemudian melakukan tugas dan pekerjaan dalam dan dengan terang Yang Tersalib. Jika terpaksa akan marah atau menegor orang lain, hendaknya diawali dengan membuat tanda salib. Di Indonesia ini setiap hari kita dapat mendengarkan suara azan, seruan untuk memuliakan dan memuji Tuhan, dari masjid-masjid. Semoga setiap kali mendengar suara tersebut kita tidak merasa terganggu, melainkan hendaknya menyatukan diri dengan rekan-rekan umat Islam yang sedang mendengarkan suara atau ajakan tersebut seraya menghayati diri berada di hadirat Tuhan. Maka entah di dalam perjalanan karena sedang bepergian atau berada di rumah atau tempat kerja ketika mendengar suara azan dari masjid-masjid tersebut kita bersyukur dan berterima kasih karena diingatkan agar kita senantiasa harus hidup dan bertindak dalam dan bersama Tuhan. Hendaknya suara tersebut sungguh disikapi sebagai ajakan untuk bersama-sama memuliakan dan memuji Tuhan. Semoga di dalam perjalanan ke manapun kita senantiasa dapat mengusir dan mengalahkan setan yang terus merayu dan menggoda kita untuk berbuat dosa.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

Ign 25 Januari 2012

 


Senin, 23 Januari 2012

24 Jan

"Kamu adalah sahabatKu  jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu"

(Ef 3:8-12; Yoh 15:9-17)

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:9-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Uskup adalah penerus para rasul, sahabat-sahabat Yesus, dalam mewartakan Kabar Baik serta menggembalakan umat Allah. Maka para uskup juga dapat disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus,  namun demikian hemat saya siapapun yang beriman kepada Yesus juga sahabat-sahabat Yesus. Sebagai sahabat Yesus kita dipanggil untuk menghayati atau melaksanakan perintahNya, yaitu "Kasihilah seorang akan yang lain", dan " Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.". Memberikan nyawa berarti mempersembahkan atau mengarahkan cita-cita, dambaan, harapan, tenaga dan waktu, dengan kata lain jika kita dipanggil untuk saling memberikan nyawa berarti kita dipanggil untuk saling berbagi cita-cita, dambaan, harapan, tenaga dan waktu dengan saudara-saudari atau sahabat-sahabat kita. Pengalaman mendalam saling mengasihi ini kiranya telah dihayati oleh para suami-isteri, maka kami berharap kepada para suami-isteri atau bapak-ibu untuk menjadi teladan dalam saling mengasihi kepada anak-anaknya serta mendidik dan mengajarkan anak-anak sedini mungkin untuk saling mengasihi dengan kakak-adik maupun rekan sebayanya, sehingga kelak kemudian hari anak-anak tumbuh berkembang saling mengasihi dengan siapapun tanpa pandang bulu. Pengalaman atau pembekalan anak-anak di dalam keluarga merupakan modal yang besar sekali bagi mereka dalam hidup bersama dalam lingkungan yang lebih luas setelah mereka 'pisah' dari keluarga atau orangtuanya.   

·   "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya" (Ef 3:12). Kutipan ini secara kebetulan juga menjadi pengalaman iman dalam rangka menanggapi panggilan Tuhan untuk menjadi 'Sabahat Yesus' (SY), dan akhirnya saya pilih menjadi motto tahbisan imamat saya untuk menjiwai perjalanan penghayatan imamat sampai saat ini. Rasanya kutipan itu juga senada dengan motto yang dipakai oleh Mgr.A.Soegijapranata SJ maupun Bapak Kardinal Julius Darmaatmadja SJ 'in nomine Iesu' (Dalam Nama Yesus). Maka kami mengajak anda sekalian umat beriman dan khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus untuk senantiasa hidup dan bertindak 'di dalam Dia', karena dengan demikian 'kita beroleh keberanian dan jalan kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya". Di dalam Dia (Tuhan) kita akan memiliki keberanian untuk menghadapi aneka masalah dan tantangan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita juga semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Maka marilah kita senantiasa berada di dalam Tuhan, hidup dan bertindak bersamaNya dimana pun dan kapanpun. Kita sadari dan hayati bahwa Tuhan hadir dimana-mana dan berkarya terus menerus tanpa kenal ruang dan waktu, maka dimana dan kapan saja kita akan dapat bersama denganNya atau berada di dalam Tuhan. Tanda bahwa kita senantiasa di dalam Tuhan antara lain kita senantiasa hidup berbudi pekerti luhur dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun, dan dengan demikian juga senantiasa berbuat baik kepada orang lain, melakukan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Didik dan dampingilah anak-anak anda agar senantiasa di dalam Tuhan, karena ia adalah ciptaan Tuhan, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya.

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)

Ign 24 Januari 2012


Minggu, 22 Januari 2012

23 jan


"Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?"

(2Sam 5:1-7.10; Mrk 3:22-30)

" Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat." (Mrk 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pertama-tama kami ucapkan "gong xi fa cai", Selamat Tahun Baru Cina 2563, Hari Raya Imlek, kepada mereka yang sedang merayakannya, dan jangan lupa 'ampho'nya untuk saya atau para seminaris di Seminari Mertoyudan-Magelang. Seraya bergembira ria kami ajak untuk merenungkan Warta Gembira hari ini. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus dituduh oleh ahli-ahli Taurat bahwa Ia mengusir kerasukan Beelzebul, penghulu setan, karena Ia mengusir setan dan menyembuhkan orang-orang sakit. Maka Yesus menanggapi mereka "Bagaimana Iblis mengusir Iblis", yang berarti perang atau bermusuhan dengan saudara sendiri. Maka Yesus sebenarnya mengingatkan kita semua perihal pentingnya hidup persaudaraan atau persahabatan sejati. Memusuhi saudara-saudarinya berarti menghojat Roh Kudus, dengan kata lain tidak beriman, tidak percaya kepada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati berarti senantiasa berpikir positif terhadap apa yang dilakukan orang lain alias mengakui kehendak baiknya serta berusaha lebih melihat apa yang baik daripada yang jahat dalam diri saudara-saudarinya. Maka kami berharap kita tidak saling menuduh atau mengangkat dan membesar-besarkan kekurangan dan kesalahan.Sebagai warganegara Indonesia marilah kita hayati sila ke dua 'Persatuan Indonesia' serta motto "Bineka Tunggal Ika": keragaman dalam kesatuan, kesatuan dalam keragaman. Semoga kerukunan umat beragama di Indonesia tidak hanya manis di bibir saja, melainkan juga dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.   

·   "Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu" (2Sam 5:8), demikian kata Daud. Di bawah kota Yerusalem memang ada saluran air yang mengalirkan air untuk kebutuhan hidup penduduk Yerusalem. Dengan kata lain apa yang dikatakan oleh Daud ini sungguh merupakan kenyataan: suatu strategi perang, sehingga dalam perang di daerah Timur Tengah sampai sekarang pun para tentara memanfaatkan saluran untuk menyerang dan mengalahkan musuhnya. Namun baiklah saya mengajak anda sekalian untuk merefleksikan kata-kata Daud tersebut sebagai symbol. Dalam tubuh kita banyak saluran: saluran darah, udara dan makanan atau minuman, dan marilah kita perhatikan saluran yang vital, yaitu yang ada di dalam leher kita masing-masing. Semua makanan, minuman dan udara masuk ke dalam tubuh melalui saluran dalam leher, jika tidak melalui leher berarti menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan sedang menderita sakit. Maka ada orang membunuh orang lain dengan mencekik leher orang yang bersangkutan. Kita semua berkeinginan atau berkehendak untuk mengalahkan atau menundukkan seluruh anggota tubuh kita alias mengarahkannya agar senantiasa dalam keadaan segar dan sehat wal'afiat, maka baiklah kita senantiasa juga berusaha untuk memasukkan makanan, minuman dan udara yang sehat ke dalam tubuh kita melalui leher. Dengan kata lain kami berharap kepada kepada kita semua untuk berpedoman "empat sehat lima sempurna" dalam hal makanan dan minuman serta menyantap makanan dan minuman yang sehat. Semoga tidak berpedoman pada enak dan tidak enak, melainkan sehat dan tidak sehat dalam hal makan dan minum. Sedini mungkin hendaknya anak-anak di dalam keluarga dibiasakan dan dididik dalam hal makan dan minum yang sehat.

"Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi, kata-Mu: "Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia."

 (Mzm 89:20-22)

"GONG XI FA CAI"

Ign 23 Januari 2012