Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 28 Oktober 2009

29 Okt - Rm 8:31b-39; Luk 13:31-35

"Tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem".

(Rm 8:31b-39; Luk 13:31-35)

 

"Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau."  Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.  Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.  Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi  kamu tidak mau.  Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata:  Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Luk 13:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yerusalem adalah kota suci atau kota idaman bagi umat beriman: bait suci orang-orang Yahudi berada di Yerusalem, Yesus wafat dan naik ke sorga di Yerusalem, nabi Muhamad s.a.w. naik ke sorga via Yerusalem, dst..  Suci berarti dipersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, sehingga siapapun yang suci akan diberkati oleh Allah dan kemanapun ia pergi senantiasa atas atau dalam nama Allah. Keluarga dan tempat kerja merupakan tempat dimana kita memboroskan tenaga dan waktu kita, yang berarti mempersembahkan diri kita bagi Allah melalui saudara-saudari kita. Keluarga dan tempat kerja merupakan tempat idaman kita, yang menjanjikan kebahagiaan sejati sekaligus sarat dengan aneka tantangan, masalah dan hambatan. Maka marilah kita mawas diri: sejauh mana selama hidup di dalam keluarga maupun sibuk bekerja di tempat kerja kita semakin suci, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Allah? Sejauh mana semakin mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi kita semakin beriman, semakin suci? Marilah dalam dan melalui keluarga maupun tempat kerja kita meneladan Yesus yang 'rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya', dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun membuat lingkungan hidup enak dan nikmat untuk ditinggali serta semakin menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun. Maka ketika di dalam keluarga maupun tempat kerja muncul tantangan, hambatan atau masalah, hendaknya dijadikan kesempatan untuk semakin mempersembahkan diri kepada Allah. Dengan kata lain jadikan tantangan, hambaan atau masalah sebagai wahana pembinaan dan pengembangan pribadi kita.

·   "Aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah"(Rm 8:38-39), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. "Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang" tidak akan memisahkan Paulus dari kasih Allah. Kasih Allah memang tidak terbatas bagi siapapun yang beriman kepadaNya. Orang yang sungguh beriman akan menghayati 'penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan, atau kelelanjangan, atau bahaya atau pedang'  sebagai kesempatan emas untuk menghayati kasih Allah, sebagaimana telah terjadi dalam diri Yesus Kristus. Penderitaan dan salib Yesus menjadi rahmat dan keselamatan bagi yang percaya kepadaNya, maka ketika kita rela menderita karena setia dan taat pada panggilan dan tugas pengutusan, kita juga dapat menjadi berkat bagi saudara-saudari kita. Aneka macam bentuk kemerosotan moral yang masih marak di sana-sini pada saat ini hendaknya dijadikan kesempatan emas untuk merasul alias menyelamatkan atau membahagiakan orang lain, yang menjadi korban kemerosotan moral maupun yang melakukan tindakan amoral. Tugas panggilan menyelamatkan atau membahagiakan berarti siap sedia untuk mendatangi dan menyelamatkan apapun, siapapun yang tidak selamat dan tidak bahagia, dan tentu saja juga siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban bagi sesamanya.

 

"Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu, supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah melakukannya… Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan mulutku, dan aku hendak memuji-muji Dia di tengah-tengah orang banyak. Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin untuk menyelamatkannya dari orang-orang yang menghukumnya"

(Mzm 109: 26-27.30-31).

      

Jakarta, 29 Oktober 2009