Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 09 Desember 2009

10 Des - Yes 41:13-20; Mat 11:11-15

"Yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya".

(Yes 41:13-20; Mat 11:11-15)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan -- jika kamu mau menerimanya -- ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar" (Mat 11:11-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Yohanes Pembaptis diimani sebagai nabi yang terbesar, lebih-lebih di dalam pandangan dunia, yang mempersiapkan jalan atau kedatangan Penyelamat Dunia, "namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya". Kerajaan Sorga berarti Sorga atau Allah yang meraja atau menguasai, berarti berbeda atau berlawanan dengan kerajaan dunia. Sebagai orang beriman, dan juga khususnya anggota Gereja, kita juga menjadi anggota Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah , dengan demikian diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Yang terbesar dalam hidup beriman atau menggereja adalah mereka yang melaksanakan kehendak atau perintah dalam hidup sehari-hari. Allah meraja dan bekerja terus menerus di dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya di bumi ini, dan kita sebagai orang beriman dipanggil untuk `mendengarkan' karya Allah tersebut serta mengikutiNya. Salah satu cirikhas karya Allah dalam ciptaan-ciptaanNya ialah menumbuh-kembangkan , memperbaharui dan membahagiakan, maka kita sebagai orang beriman atau umat Allah dipanggil untuk menumbuh-kembangkan , memperbaharui dan membahagiakan saudara-saudari atau sesama kita dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita. Agar kita dapat `mendengarkan' Allah yang berkarya melalui ciptaan-citpaanNya, kita hendaknya bersikap dan bertindak dengan rendah hati. Kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan menjadi cirikhas orang beriman, anggota Kerajaan Allah, umat Allah. Dengan ini kami mengingatkan dan mengajak mereka yang terlibat dalam pelayanan pastoral di tingkat manapun atau dalam karya apapun untuk menjadi teladan dalam hal kerendahan hati.

• "Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau" (Yes 41:13). Berbagai tantangan, masalah dan hambatan dalam hidup beriman masa kini memang dapat membuat orang menjadi takut untuk menjadi saksi iman dalam hidup sehari-hari. Apa yang dikatakan oleh nabi Yesaya di atas ini kiranya dapat menjadi pegangan cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman, dimana Tuhan senantiasa mendampingi dan menolong kita kapanpun dan dimanapun. Tuhan hadir dan berkarya dimana saja dan kapan saja , tanpa batas, maka dimana dan kapan saja kita dapat menghayati pendampingi dan pertolonganNya. Memang pendampingan dan pertolonganNya akhirnya menjadi nyata dalam diri ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Maka menghayati pendampingan dan pertolongan Tuhan berarti dengan rendah hati siap sedia didampingi dan ditolong oleh saudara-saudari atau sesama kita. Jika kita jujur mawas diri kiranya masing-masing dari kita telah menerima pendampingan dan pertolongan dari orang lain, tentu saja pertama-tama dan terutama dari orangtua kita serta para pendidik kita, secara melimpah ruah. Marilah kita akui dan hayati pendampingan dan pertolongan dari orangtua dan pendidik kita. Jika kita dapat menghayati atau mengimani pendampingan dan pertolongan orangtua dan pendidik dengan baik, maka dengan mudah kita juga akan mengakui dan menghayati pendampingan dan pertolongan dari saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Ketika kita dapat hidup dan bertindak demikian itu, maka sedikit banyak kita mempersiapkan pesta Natal yang akan datang, yang antara lain diwarnai persaudaraan atau persahabatan sejati, solidaritas Allah pada manusia yang lemah dan berdosa. Dengan kata lain saya mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita kenangkan kebaikan-kebaikan orang lain pada diri kita sejak dilahirkan sampai saat ini.

 

"TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan- Mu, untuk memberitahukan keperkasaan- Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu"

(Mzm 145:9-12)

 

Jakarta, 10 Desember 2009