Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 27 Februari 2010

28 Feb - Kej 15:5-12.17-18; Flp 3:17-4:1; Luk 9:28b-26

Mg Prapaskah II : Kej 15:5-12.17-18; Flp 3:17-4:1; Luk 9:28b-26

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini."

 

Para pencinta olah raga mendaki gunung pada umumnya tidak banyak, hanya mereka yang memiliki kesehatan fisik prima dan berminat yang berhasil mendaki gunung. Dalam mendaki gunung pada umumnya diusahakan pagi hari, ketika matahari terbit, sudah sampai di puncak gunung, maka keberangkatan atau waktu mulai mendaki tergantung berapa lama waktu dibutuhkan untuk mendaki sampai puncak, dan pada umumnya dimulai setelah tengah malam, dalam kegelapan, dimana bagi banyak orang sedang dalam tidur nyenyak. Dalam perjalanan mendaki gunung memang orang harus kerja berat, sungguh melelahkan, namun ketika sampai di puncak gunung semua kelelahan sirna dan yang tinggal kebahagiaan luar biasa. Berada di puncak gunung akan merasa diri begitu kecil dalam kemegahan dan keindahan alam ciptaan Tuhan. Pengalaman berada di puncak gunung kiranya mirip sebagaimana dialami oleh tiga rasul yang diajak oleh Yesus mendaki bukit untuk berdoa, dimana Petrus dengan terharu mengungkapkan kegembiraannya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." (Luk 9:33). Kata-kata yang keluar dari mulut, yang mungkin tidak diketahui dampaknya atau maksudnya. Kata-kata senada macam itu sering keluar dari mulut para pendaki gunung ketika mereka berada di puncak gunung. Kita berada dalam perjalanan mengarungi masa Tobat, masa Prapaskah, dan kiranya dalam berbagai kesempatan beribadat atau pendalaman iman, kita juga akan tergerak untuk berkata-kata seperti Petrus tersebut, karena mengalami apa yang disebut hiburan rohani yang mempesona.

 

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." (Luk 9:33)

 

Di dalam psikologi agama dikenal adanya pengalaman religius yang disebut pengalaman termendum atau fascinosum, pengalaman yang menghentak atau mempesona, kesepian rohani atau hiburan rohani. Selama berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masa Prapaskah, entah yang bersifat liturgis atau sosial, kiranya kita mengalami pengalaman religius yang mempesona atau hiburan rohani. Hiburan rohani antara lain berarti bertambahnya iman, harapan dan cinta, sehingga orang yang bersangkutan tergerak hati dan jiwanya untuk semakin berbakti kepada Tuhan, lebih memuji, menghormati dan mengabdi Tuhan. Ketika orang sedang mengalami hiburan rohani pada umumnya memang tergerak untuk melakukan sesuatu yang mulia, luhur dan baik serta baru. Kiranya dalam perjalanan refleksi di masa Prapaskah ini anda juga tergerak untuk membuat niat yang baik, mulia dan luhur. Mungkin kita juga menerima bisikan atau suara Tuhan sebagaimana diterima oleh para rasul "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.". Marilah kita tanggapi sabda ini serentak dengan gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP).

Tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) tahun ini adalah "Melawan Kemiskinan", maka kami berharap niat-niat anda yang muncul dalam perjalanan refleksi hendaknya diintegrasikan dalam gerakan "melawan kemiskinan", entah kemiskinan rohani maupun jasmani atau phisik. Miskin secara rohani antara lain kurang beriman, berharap dan saling mengasihi, maka kepada mereka ini kita bantu untuk semakin beriman, berharap dan saling mengasihi, sehingga mereka dapat hidup dengan bergairah dan dinamis, meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Sedangkan miskin secara phisik berarti `lapar, haus, telanjang, tidak punya rumah, sakit, dst..'. Marilah kita sisihkan sebagian dari karya kekayaan atau uang kita untuk membantu mereka yang miskin dan berkekurangan . Kita dapat berseru seperti Pertus dan segera menghayatinya: "Marilah kita dirikan rumah sederhana bagi mereka yang tidak memiliki rumah, marilah kita beri pakaian yang layak kepada mereka yang telanjang, marilah kita beri makanan dan minuman bagi mereka yang lapar dan haus, marilah kita kunjungi dan obati mereka yang sedang menderita sakit…dst". Kami juga berseru dan berharap kepada para pengusaha atau yang memiliki kemungkinan mempekerjakan orang lain untuk memberi pekerjaan kepada mereka yang menganggur, dan sekiranya mereka kurang atau tidak memiliki keterampilan yang diharapkan hendaknya diberi kemungkinan dan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan tersebut.

 

"Saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!"(Flp 4:1)

 

Seruan Paulus kepada umat di Filipi ini kiranya baik menjadi permenungan, refleksi dan pedoman hidup dan cara bertindak kita. Kiranya cukup banyak orang yang tidak berdiri teguh dalam Tuhan, atau mungkin kita sendiri juga tidak berdiri teguh dalam Tuhan. Berdiri teguh dalam Tuhan hemat saya berarti hidup sehat, segar bugar, suci dan cerdas beriman. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua belum atau kurang berdiri teguh dalam Tuhan, maka marilah kita bekerjasama saling meneguhkan satu sama lain sebagai saudara. Kita hendaknya satu sama lain saling menyapa dan memperlakukan seperti kata Paulus kepada umat di Filipi :"saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacita dan mahkotaku".

 

Jika kita saling mengasihi dan merindukan, maka apa yang dijanjikan oleh Tuhan kepada Abram (Abraham) "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej 15:18), juga berlaku bagi kita semua. Sebagai warganegara Indonesia kiranya kita semua mendambakan sila kelima dari Pancasila "Keadilan sosial bagi seluruh bangsa" segera menjadi nyata alias terwujud. Perwujudan keadilan sosial bagi seluruh bangsa kiranya identik dengan tiada kemiskinan lagi di negeri ini; maka tema APP tahun ini "Melawan Kemiskinan" sungguh sesuai dengan seruan Paulus kepada Filipi di atas maupun janji Tuhan kepada Abram.

 

Kita semua mendambakan tinggal di dalam keluarga, tempat kerja dan masyarakat dalam damai, tenteram serta gembira, dan kemudian dapat berkata seperti Petrus:"Betapa bahagianya kami berada di tempat ini". Dengan kata lain dimanapun kita berada mendambakan pengalaman mempesona, memikat dan menarik. Pengalaman macam itu pada umumnya terjadi di tempat-tempat ibadat, entah gereja/kapel, masjid/surau, kuil, tempat ziarah dst.., maka baiklah kita tidak memisahkan pengalaman beribadat dan kesibukan kerja sehari-hari. Untuk itu kami mengajak kita semua: marilah ketika kita sedang berada di rumah, di tempat kerja, di perjalanan dst.. bagaikan berada di tempat ibadat, maka aneka macam sarana- prasarana kita sikapi dan perlakukan sebagaimana menyikapi dan memperlakukan sarana-prasarana ibadat, suasana rumah dan tempat kerja bagaikan suasana ibadat, teman kerja bagaikan teman beribadat, dst.. Secara spiritual kita dipanggil untuk `menemukan atau menjumpai Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan'. Kami berharap mereka yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama dimanapun dapat menjadi teladan dalam menghayati dan mengusahakan suasana mempesona, memikat dan menarik, serta kemudian mengajak dan memberdayakan yang lain untuk bersama-sama mengusahakan suasana yang mempesona, menarik dan memikat.

 

"Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku"

(Mzm 27:7-9)

 

Jakarta, 28 Februari 2010