Kembali ke Website Imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 Juni 2013

8Juni

"Janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu
seluruh nafkahnya"

(Tb 12:1.5-15.20; Mrk 12:30-44)

" Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli
Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka
menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di
rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan
rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang
panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih
berat." Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan
memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti
itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah
seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu
duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih
banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi
janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu
seluruh nafkahnya" (Mrk 12:38-44), demikian kutipan Warta Gembira hari
ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan Pesta Hati Tersuci
SP Maria hari ini, saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Kemarin kita mengenangkan Hati Yesus Yang Mahakudus dan hari ini
kita semua diajak untuk mengenangkan Hati Tersuci SP Maria, teladan
umat beriman. Suci berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan
tanpa syarat, yang antara  lain digambarkan dalam Warta Gembira hari
ini sebagai 'janda memberi persembahan dari kekurangannya, semua yang
ada padanya,  yaitu seluruh nafkahnya'. Maka dengan ini kami mengajak
dan mengingatkan segenap umat beriman agar dalam  cara hidup dan cara
bertindak setiap hari senantiasa membaktikan diri seutuhnya kepada
Tuhan, dengan kata lain kita fungsikan seluruh anggota tubuh kita
untuk melakukan apa-apa yang baik, bermoral dan  berbudi pekerti
luhur, tidak melakukan dosa sekecil apapun. Untuk itu hendaknya apa
yang kita pikirkan adalah apa-apa yang baik, misalnya senantiasa
memikirkan bahwa semua ciptaan Tuhan di dunia ini berbahagia, selamat
dan damai sejahtera. Jika yang ada dalam pikiran kita demikian itu,
maka apa yang kita lakukan sungguh baik adanya, membahagiakan dan
menyelamatkan orang lain. Memang salah satu bentuk latihan adalah
'memberi dari kekurangan' alias senantiasa siap sedia berkorban bagi
orang lain. Orang berhati suci antara lain juga jarang atau tidak
pernah mengeluh, menggerutu atau marah ketika harus menghadapi
kesulitan, tantangan dan hambatan sebagai konsekwensi kesetiaan hidup
beriman.  Demikian juga ketika dimarahi atau dicaci maki atau diejek
tidak akan pernah melawan atau membalasnya, melainkan tutup mulut
seraya dalam hati mendoakannya disertai syukur dan terima kasih. Kita
juga dapat meneladan SP Maria yang sampai kini senantiasa mendoakan
kita semua agar semakin beriman, semakin suci, semakin membaktikan
diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi.

·   "Pujilah Allah dan muliakanlah Dia di depan mata semua orang yang
hidup karena segala anugerah yang telah diberikan-Nya kepada kamu.
Pujilah nama-Nya dan bernyanyi-nyanyilah kepada-Nya. Wartakanlah
kepada segala manusia perbuatan-perbuatan Allah sebagaimana layaknya.
Jangan berayal memuliakan Dia" (Tb 12:6). Kutipan ini kiranya baik
menjadi pegangan atau acuan hidup kita dimana pun dan kapan pun. Kita
telah menerima anugerah dari Tuhan Allah secara melimpah ruah melalui
sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita. Hidup
kita serta segala sesuatu yang menyertai diri kita atau yang kita
miliki dan kuasai sampai saat ini sungguh merupakan anugerah Allah.
Maka marilah dimana pun kita berada atau kemana pun kita pergi
senantiasa memuliakan Allah maupun mewartakan perbuatan-perbuatan
Allah. Secara konkret hal itu kiranya  dapat kita wujudkan dengan
senantiasa berbuat baik, meneruskan kebaikan dan anugerah Allah  yang
telah kita terima kepada orang lain. Dengan kata lain marilah kita
senantiasa saling berbuat baik, saling membahagiakan dan
menyelamatkan. Dalam situasi dan kondisi apapun kita hendaknya tetap
ceria dan bergairah, karena Allah hidup dan berkarya dalam diri kita
yang lemah dan rapuh ini. Marilah kita ingat dan sadari juga bahwa
sebagai umat beriman kita adalah pewarta-pewarta apa yang baik,
senantiasa memberitakan dan menyebar-luaskan apa yang baik. Apa yang
disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan
dimana saja, maupun bagi siapa saja tanpa pandang bulu.

"Jika dengan segenap hati kamu berbalik kepada-Nya, dan dengan segenap
jiwa berlaku benar di hadapan-Nya, niscaya Iapun berbalik kepada kamu,
dan tidak disembunyikan-Nya wajah-Nya terhadap kamu. Maka pandanglah
apa yang akan dikerjakan-Nya bagi kamu, muliakanlah Dia dengan segenap
mulut. Pujilah Tuhan yang adil dan agungkanlah Raja kekal." (Tb
13:6-7)

Ign 8 Juni 2013